Balas Dendam?
Yesaya 63:1-6
Hukuman pembalasan atas Edom
63:1 "Siapa dia yang datang dari Edom, yang datang dari Bozra dengan baju yang merah, dia yang bersemarak dengan pakaiannya, yang melangkah dengan kekuatannya yang besar?" "Akulah yang menjanjikan keadilan dan yang berkuasa untuk menyelamatkan!"
63:2 "Mengapakah pakaian-Mu semerah itu, dan baju-Mu seperti baju pengirik buah anggur?"
63:3 "Aku seorang dirilah yang melakukan pengirikan, dan dari antara umat-Ku tidak ada yang menemani Aku! Aku telah mengirik bangsa-bangsa dalam murka-Ku, dan Aku telah menginjak-injak mereka dalam kehangatan amarah-Ku; semburan darah mereka memercik kepada baju-Ku, dan seluruh pakaian-Ku telah cemar.
63:4 Sebab hari pembalasan telah Kurencanakan dan tahun penuntutan bela telah datang.
63:5 Aku melayangkan pandangan-Ku: tidak ada yang menolong; Aku tertegun: tidak ada yang membantu. Lalu tangan-Ku memberi Aku pertolongan, dan kehangatan amarah-Ku, itulah yang membantu Aku.
63:6 Aku memijak-mijak bangsa-bangsa dalam murka-Ku, menghancurkan mereka dalam kehangatan amarah-Ku dan membuat semburan darah mereka mengalir ke tanah."
~~~~●●~~~~
Yesaya melanjutkan untuk memuliakan kesetiaan Allah dengan melukiskannya dengan latar belakang gelap ketidaksetiaan Israel. Tuhan menjelaskan bagaimana Israel mungkin bisa bersukacita dalam kepemilikan kembali tanah airnya jika tetangga jahat seperti orang Edom masih mengepungnya. Nabi mengajukan dua pertanyaan dan kemudian dijawab (ayat 1-3).
Siapa ini ? (ayat 1) Dia akan datang dari Edom, bangsa fasik di tenggara Israel. Edom adalah musuh tetap Israel meskipun memiliki nenek moyang yang sama yaitu Ishak ( Kej. 25:23 ). Pertanyaan berikutnya adalah mengapa pakaianmu berwarna merah ? (ayat 2) Mereka berwarna merah karena berlumuran darah (ayat 3) karena membantai musuh-musuh-Nya di Edom.
Hari dan tahun keduanya merujuk pada waktu khusus penghakiman Allah (ayat 4). Penghakiman ini begitu penebusan mungkin datang. Hari pembalasan telah tiba, dan Dia akhirnya menghukum para pelaku kejahatan. Kemenangan berdarahnya bukan karena emosinya yang tidak terkendali tetapi merupakan bagian dari rencana Tuhan. Dia tidak menemukan seorang pun untuk membantu-Nya melaksanakan tugas-Nya, jadi Dia melakukan semuanya sendiri (ayat 5).
Murka Allah juga digambarkan sebagai pemeras anggur dalam Wahyu ( Wahyu 14:19-20 ). Hari itu akan mendatangkan malapetaka bagi musuh-musuh Tuhan, itu berarti pembebasan bagi umat perjanjian-Nya yang percaya kepada-Nya (ayat 6).
Tidak peduli sekarang jahat dan berdosa orang-orang di dunia ini menjadi, Tuhan memiliki masa depan semua yang direncanakan dan saya tidak perlu khawatir tentang hasilnya, karena itu semua di tangan-Nya.
Gelombang badai yang menghempas kehidupan bisa saja hadir secara tiba-tiba dan kita tidak berdaya menghadapinya karena memang terbatas kesanggupan kita.
Dalam kondisi seperti ini, iman kita diuji. Bisa jadi kita menyalahkan Tuhan, bahkan tidak mengakuiNya lagi, atau sebaliknya datang kepadaNya dan mohon ampun.
Dalam kisah Injil Matius 8: 23-27, diperlihatkan para murid justru menyalahkan Yesus karena tidur. "Tuhan tolonglah, kita binasa," teriak para murid. Sikap para murid membuat Yesus kecewa, "Mengapa kamu takut, hai kamu yang kurang percaya."
Terlihat kesan di sana bahwa para murid lebih asyik sendiri beraktivitas dan membiarkan Tuhan tertidur. Tuhan 'dicuekin', walau sebetulnya sudah ada bersama mereka. Tuhan tidak diakui ada dan tidak dilibatkan.
'keasyikan' diri sendiri pada berbagai kepentingan pribadi dan permasalahan hidup, adalah bukti kesombongan.
Sebagai manusia yang memiliki keterbatasan, kita tidak sanggup menantang badai yang menerpa perahu kehidupan kita. Kita membutuhkan 'pihak lain' yang lebih mampu mengatasi derasnya badai itu.
Pihak lain itu ialah Tuhan kita yang tidak pernah tidur. Tuhan kita yang selalu bersama kita.
Datanglah kepadaNya, ketuk dan mintalah pertolonganNya. Dalam iman, kita libatkan Tuhan. Percayakan kepadaNya, pasti Dia berikan jalan yang terbaik.
Sadari keberadaan dan kehadiranNya di tengah kehidupan kita. Kehadiran dan pertolonganNya menuntut kepekaan hati kita. Dia bisa menyatakan diri lewat peristiwa, pengalaman hidup pribadi maupun orang lain, atau melalui orang lain entah siapa.
Kehadiran dan anugerah Tuhan nyata dengan cara yang tak terduga dan unik. Maka marilah mohon kekuatan iman, agar Tuhan membuka mata hati kita, sehingga kita sanggup melihat setiap perbuatanNya. Amin !
Semoga Tuhan memberkati
16 Juli 2021
Luisfunan
Komentar
Posting Komentar