Dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan
Yakobus 3:13-18
Hikmat yang dari atas
3:13 Siapakah di antara kamu yang bijak dan berbudi? Baiklah ia dengan cara hidup yang baik menyatakan perbuatannya oleh hikmat yang lahir dari kelemahlembutan.
3:14 Jika kamu menaruh perasaan iri hati dan kamu mementingkan diri sendiri, janganlah kamu memegahkan diri dan janganlah berdusta melawan kebenaran!
3:15 Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan.
3:16 Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat.
3:17 Tetapi hikmat yang dari atas adalah pertama-tama murni, selanjutnya pendamai, peramah, penurut, penuh belas kasihan dan buah-buah yang baik, tidak memihak dan tidak munafik.
3:18 Dan buah yang terdiri dari kebenaran ditaburkan dalam damai untuk mereka yang mengadakan damai.
~~~~~●●~~~~~
Setiap tahun dalam rangka memperingati hari kemerdekaan Indonesia, perusahaan tempat saya bekerja memberikan tanda jasa ataupun hadiah bagi para karyawan teladannya.
Ada 3 kotak hadiah yang masing-masing diberi nomor urut 1,2,3 dan harus di pilih oleh sang karyawan teladan.
Tanpa ragu-ragu, para karyawan teladan itu memilih kotak kotak yang tersedia.
Usai acara Salah satu rekan saya berbisik, "Kira-kira apa isi nya pak Funan ?" Saya berkata, "Seharusnya saya mengambil kotak nomor 3 itu !"
“Siapakah orang yang berhikmat dan diperlengkapi dengan pengetahuan di antara kamu” (ayat 13) Siapapun itu, akan menunjukkan dalam kehidupan sehari-harinya bahwa Tuhanlah yang mengatur hidup-Nya. Hikmat ilahi menghasilkan kelembutan, yang merupakan kekuatan di bawah kendali Tuhan.
Dalam perikop ini kita memiliki "tunjukkan dan ceritakan". Orang yang benar-benar bijaksana adalah rendah hati dan kebijaksanaannya ditunjukkan dengan menerapkan kebenaran dalam kehidupan. Hal ini tidak diukur dengan gelar sarjana atau memperoleh pengetahuan dari buku atau kuliah.
Jika Anda memiliki kecemburuan dan ambisi egois dalam hati Anda, jangan berpura-pura menjadi sesuatu yang bukan diri Anda (ayat 14).
Kebijaksanaan sejati tidak memiliki ruang untuk kepahitan, kecemburuan, atau ambisi egois. Orang yang iri dan egois menghasilkan kekacauan, kebingungan, dan setiap pekerjaan jahat karena mereka mendapatkan kebijaksanaan mereka dari duniawi, dari nafsu manusia dan iblis (ayat 15). Sangat kontras dengan orang bijak yang tidak mencari kemuliaan atau keuntungan tetapi murah hati dan memberi dan mendapatkan kebijaksanaan mereka dari Tuhan Yang Mahakuasa.
Di mana ada kecemburuan dan ambisi mementingkan diri sendiri, di situ akan ada kekacauan dan setiap perbuatan keji (ayat 16-18). Tetapi kebijaksanaan dari atas pertama-tama murni, kemudian damai, lembut, terbuka untuk alasan, teguran didikan dan nasehat.
Tuhan memanggil kita untuk menjadi berkat dan kesaksian bagi orang lain, bukan lagi hidup untuk diri sendiri atau mementingkan diri sendiri (egois).
Namun banyak orang Kristen yang menjalani hidupnya dengan berpusat pada diri sendiri, istilah Jakartanya loe..loe.. gue..gue....siape loe...terserah kata loe...emang gue pikirin !
Akibatnya hidup tidak menjadi berkat bagi orang lain. Iblis memutar balik fakta membuat orang itu berpikir hidup nya sudah diberkati dalam keegoisan nya itu.
Egois atau mementingkan diri sendiri (selfish) bisa diartikan: memperhatikan diri sendiri secara tidak pantas atau berlebihan; mendahulukan kenyamanan dan keuntungan diri sendiri dengan mengorbankan kepentingan orang lain. Orang yang egois adalah orang yang menjadikan dirinya sebagai pusat, lebih mengutamakan kepentingan dan perasaannya sendiri, senang dipuji dan mencari pujian (misal nya lewat postingan facebook, instagram, tweetter, dll) tapi tidak mempedulikan kepentingan dan perasaan orang lain.
Mengapa kita tidak boleh menjadi orang Kristen yang egois atau mementingkan diri sendiri? Karena dari sifat ini akan timbul kekacauan dan segala macam perbuatan jahat. Kita tahu bahwa orang yang egois akan melakukan apa saja demi mewujudkan apa yang diinginkan, tidak peduli hal itu menyakiti atau mengorbankan perasaan orang lain. Bila sifat egois atau mementingkan diri sendiri terus dipelihara, maka dalam dirinya akan timbul sifat baru yaitu kikir alias tidak punya kemurahan hati terhadap orang lain. Mudah tersingung oleh teguran-teguran didikan dan tidak mendengar nasehat, Ini sangat bertentangan dengan firman Tuhan! Padahal Alkitab menegaskan, "Hendaklah kamu murah hati, sama seperti Bapamu adalah murah hati." (Lukas 6:36). Dikatakan pula, "Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan." (Matius 5:7)
"Dengarkanlah nasihat dan terimalah didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan". (Amsal 19:20)
Sangat mudah untuk melihat dari perikop ini mengapa kita mengalami gejolak di semua bagian dunia di zaman yang kita jalani ini. Alih-alih kita mendapatkan arahan dari Tuhan dan firman-Nya, kita bahkan telah memilih mengeluarkan Tuhan dan firman-Nya dari rumah kita, dari pekerjaan kita, dari kehidupan kita dan telah memilih untuk membuat standar buatan kita sendiri.
Tragis dan ironis Kita belum mewariskan nilai-nilai kita kepada generasi berikutnya.
Buang sifat egois atau mementingkan diri sendiri dan hiduplah sebagai orang-orang Kristen yang punya kemurahan hati, sehingga hidup kita berkenan kepada Tuhan dan menjadi berkat bagi orang lain; untuk itulah kita dipanggil! Amin !
Semoga Tuhan memberkati
Jakarta
17 Agustus 2021
Luisfunan
Komentar
Posting Komentar