Hati nurani yang tertutup Ego

Habakuk 1:1-4
Judul

1:1 Ucapan ilahi dalam penglihatan nabi Habakuk.

Keluhan nabi karena ketidaksetiaan

1:2 Berapa lama lagi, TUHAN, aku berteriak, tetapi tidak Kaudengar, aku berseru kepada-Mu: "Penindasan!" tetapi tidak Kautolong?
1:3 Mengapa Engkau memperlihatkan kepadaku kejahatan, sehingga aku memandang kelaliman? Ya, aniaya dan kekerasan ada di depan mataku; perbantahan dan pertikaian terjadi.
1:4 Itulah sebabnya hukum kehilangan kekuatannya dan tidak pernah muncul keadilan, sebab orang fasik mengepung orang benar; itulah sebabnya keadilan muncul terbalik.

                   ~~~~~~●●~~~~~~

Ketidak-adilan sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari, bahkan terhadap diri kita sendiri yang nota bene adalah orang orang terdidik. 
Bukan karena ketidaktahuan kita tentang larangan Allah untuk berbuat tidak adil di muka bumi ini. Bukan pula karena tidak tahu dosa, maka kita berbuat tidak adil. 
Tetapi karena kerasnya hati orang orang terdidik seperti kita yang menolak ajaran Allah.

Pendidikan tinggi yang kita peroleh tidak akan berarti apa-apa bila tak mampu menciptakan rasa takut kepada Allah ketika mau berbuat tidak adil. Allah memerintahkan kita untuk berbuat adil, tetapi setan mengajak kita untuk mengingkarinya. Bisa difahami perintah siapa yang kita turuti saat ketidak-adilan dilakukan.

Berbuat tidak adil begitu mudah, apalagi bila banyak pendukungnya (kolega dan teman). Namun perlu diingat, bila kita mengetahui suatu bentuk ketidakadilan tetapi tidak mau mencegahnya, maka sama halnya dengan membiarkan ketidakadilan terjadi di muka bumi ini. 

Adil terhadap diri sendiri antara lain adil dalam membagi waktu karena "semua ada waktu nya" 
Allah membagi setiap kita 24 jam sehari untuk kita gunakan dengan baik.

Berlaku adil kepada diri sendiri adalah dengan siap meminta maaf kepada orang lain (sesama) karena berbuat salah dalam membagi waktu (sibuk dengan satu hal dan mengabaikan orang-orang terkasih yang juga membutuhkan perhatian, sebagai bentuk rasa keadilan) dan juga siap memohon pengampunan kepada Allah jika hati nurani sudah memberitahu kesalahan diri yang diperbuatnya.

Saat kita tidak mampu berbuat demikian, maka kehidupan kita juga akan mengalami ketidakadilan. Sebabnya adalah karena ternyata kita sendiri yang melakukan ketidakadilan kepada orang lain dan juga diri sendiri. Sebagai akibat ketidakadilan yang kita lakukan maka akhirnya kita sendiri yang akan mendapat balasan dari perbuatan tersebut.

Jika seperti demikian halnya maka kita pun akan sulit untuk berperilaku adil kepada orang lain. Karena tidak mampu berperilaku adil kepada orang lain, hidup yang kita jalani pun akan mengalami ketidakadilan. Dan yang akan memberikan hukumannya adalah Allah.

Mengapa dan kenapa seseorang tidak bisa bersikap adil kepada dirinya sendiri?
Itu karena ego pribadi yang terlalu tinggi. Sehingga hati nuraninya dikalahkan oleh ego tersebut. Citra Allah sebagai manusia yang memiliki hati nurani pun juga tertutupi.  

Jika diri sendiri mampu berlaku adil kepada diri sendiri maka kenyamanan hidup akan didapat. Apalagi jika mampu berlaku adil kepada orang lain ataupun makhluk hidup lainnya. Meskipun terjadi ketidakadilan di tengah masyarakat.
Maka berlaku adil kepada diri sendiri adalah modal hidup yang utama dan sudah dicontohkan Yesus. 
Ejekan dan cemoohan terhadap Yesus karena menyampaikan ajaran'Nya tidak mengurangi kepercayaan orang banyak untuk percaya dan mengikuti Yesus.

Kepercayaan orang banyak bisa didapat karena Yesus berlaku adil terhadap diri sendiri dan orang lain. Inilah salah satu ajaran Yesus yang perlu kita tiru dalam hidup sehingga hidup kita semakin berkualitas dan kebahagiaan lahir batin bisa didapat.

Kembali kepada bacaan Alkitab hari ini.

Kitab Habakuk mencatat keluhan nabi, yang hidup pada abad ketujuh SM, pada saat Babilonia menjadi Kekaisaran yang paling kuat di bagian dunia itu. Nabi tidak mengerti mengapa Tuhan mentolerir Babel, orang jahat dan kejam yang mengancam untuk menaklukkan tanah orang lain. 
Apakah Tuhan tidak peduli dengan semua ini? 

Tuhan menjawab pertanyaan nabi.
Percakapan antara Habakuk dan Tuhan mirip dengan yang ditemukan dalam Yeremia pasal 12. 
Habakuk tidak mengerti bagaimana bisa ada begitu banyak kejahatan dan ketidakadilan di negaranya. 
Dia mengajukan pertanyaan yang tulus dan tanpa rasa takut kepada Tuhan yang menunjukkan kepedulian terhadap umat-Nya dan rencana Tuhan bagi mereka.

Dialog Habakuk dengan Tuhan mengambil bentuk baris alternatif dalam Habakuk 1: 1-2. Beberapa permohonan Habakuk berbentuk keluhan, seperti ini: "Berapa lama lagi, Tuhan, aku akan menangis, dan Engkau tidak mendengarkan!" (ayat 2) Ini mencerminkan keputusasaan dan emosi yang mendalam yang dapat dirasakan orang benar pada saat-saat penderitaan yang hebat (lihat Mazmur 6,3; 13.1; 35,17) dan dapat mengingatkan kita bahwa bahkan di tengah penderitaan kita, kita dapat berpaling kepada Bapa di Surga dan menceritakan kepada-Nya masalah kita dalam doa yang sungguh-sungguh.

Sebagai jawaban atas doa Habakuk, Tuhan menasihati dia untuk bersabar dan setia, meyakinkan dia tentang keadilan, perhatian, dan rencana Tuhan. 
Doa puitis Habakuk (ayat 3) berisi pujian kepada Tuhan atas cara ajaib Dia melindungi dan menyelamatkan umat-Nya.
Tragedi terbesar, bagaimanapun juga, adalah pengabaian manusia terhadap hukum Allah (ayat 4)

Ketika keadaan saya mungkin tampak tak tertahankan, saya tidak boleh frustrasi tetapi ingat bahwa Tuhan memiliki rencana-Nya dan bahwa Dia yang memegang kendali.
Renungkan...... Amin !

Semoga Tuhan memberkati

23 Oktober 2021
Luisfunan

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI