Sabtu Sunyi

Sabtu Suci adalah hari setelah Jumat Agung dan sebelum Minggu Paskah. 
Hari ini, dalam tradisi sebagian umat Kristen, disebut juga Sabtu sunyi. Mengapa disebut Sabtu sunyi? Karena memang, dalam hari ini, murid-murid perdana Tuhan Yesus, sungguh mengalami kesunyian. 
Bukan hanya sunyi tanpa kegiatan, tapi terutama sunyi batiniah, sunyi spiritual, hidup penuh ketakutan tanpa pengharapan.

Sabtu Suci atau sabtu sunyi merupakan hari terakhir dalam Pekan Suci yang dirayakan oleh orang Kristen sebagai persiapan perayaan Paskah. Hari Sabtu Suci memperingati pada saat tubuh Yesus Kristus dibaringkan di kubur setelah pada hari Jumat Agung mati disalibkan.

Keheningan berdoa dan merefleksikan karya keselamatan Allah yang terjadi dalam kematian Kristus pada Sabtu Sunyi paralel dengan perintah Allah kepada umat Israel untuk menguduskan hari Sabat (Kel. 20:8-11). Melalui kematian Kristus, Allah mengingatkan kita akan karya penciptaan yang baru, yaitu melalui penebusan-Nya di atas kayu salib; dan melalui Firman keempat, Allah mengingatkan manusia akan karya penciptaan-Nya yang telah terjadi selama enam hari lamanya. Keduanya merupakan tema yang hakiki dalam sejarah kehidupan umat manusia. Allah telah berkarya dan menciptakan kehidupan namun telah dirusak oleh dosa, dan di dalam Kristus Allah kembali menciptakan kebaruan sehingga manusia hidup dalam anugerah-Nya. Perenungan pada Sabtu Sunyi merupakan tindakan retreat agar umat menemukan kembali sumber dan kekayaan rohaninya yang bersumber pada karya keselamatan Allah di dalam inkarnasi dan penebusan Kristus.

Peristiwa Sabtu Sunyi sekaligus merupakan kegenapan Yesus sebagai manusia: Dia sudah mengalami: lahir - tumbuh dewasa - berkarya - men­derita - wafat. Bahkan mengalami siksaan dan kesengsaraan terdahsyat yang mungkin dialami oleh manusia, sampai Dia wafat.

Hanya ada 4 orang tersisa yang tercatat berbakti kepada Tuhan setelah Dia wafat: Yusuf dari Arimatea yang berani meminta mayat Tuhan kepada Pilatus untuk mengapani dan menguburkannya, Nikodemus yang mem­bantu membubuhi mayat Tuhan dengan rempah-rempah, Maria Magdale­na dan Maria ibu Yoses yang tinggal duduk di depan kubur Tuhan.

Berani kah anda setia berbakti kepada Tuhan seperti keempat orang itu? Atau anda akan meninggalkan-Nya, dengan berbagai alasan? Inilah renun­gan Sabtu Sunyi yang kita hayati, bersama dengan harapan kuat yang timbul dari iman sejati, yaitu selalu ada kemenangan besar yang menyer­tai kesetiaan di setiap peristiwa tersulit sekalipun.

Kita mungkin tidak sabar untuk merayakan kebangkitan Tuhan dengan berbagai rencana acara, namun ada proses yang harus kita lalui sebelum­nya yaitu perenungan keberadaan Tuhan yang sedang ada di dunia orang mati akibat kekejaman manusia. Mari kita renungkan dan menghayatinya. Amin !

Sabtu Sunyi
16 April 2022
Luisfunan

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI