Liturgi Ekaristi (1)

"Liturgi Ekaristi menginspirasi transformasi dalam gereja sinodal" 
inilah tema besar APP kita di keuskupan Bogor tahun 2023. Harapannya kita semakin mendalami dan juga memahami Liturgi Ekaristi yang menjadi bagian puncak Perayaan Ekaristi. Kita menjadi manusia Ekaristis, hidup dalam persekutuan Ekaristis dan menjadi dasar persekutuan Gereja.

Katekismus Gereja Katolik (KGK 1407) 
"Ekaristi adalah pusat dan puncak kehidupan Gereja. Lewat Ekaristi Kristus mengikutsertakan Gereja-Nya dan semua anggota-Nya di dalam kurban pujian dan syukur yang Ia persembahkan di salib kepada Bapa-Nya satu kali untuk selama-lamanya. Melalui kurban ini Ia mengalirkan rahmat keselamatan kepada tubuh-Nya yaitu Gereja"

"Ekaristi adalah upacara peringatan akan Paskah Kristus, artinya karya penyelamatan yang telah dilaksanakan oleh kehidupan, kematian, dan kebangkitan Kristus. Karya ini dihadirkan di dalam kegiatan liturgi" (KGK 1409)

Sehingga umat yang menerimanya (melalui Komuni Kudus) "Penerimaan tubuh dan darah Kristus yang kudus mempererat hubungan antara yang menerima komuni dengan Tuhan, mengampuni dosa-dosanya yang ringan, dan melindunginya dari dosa-dosa berat. Oleh karena ikatan cinta antara yang menerima komuni dan Kristus diperkuat, maka penerimaan Sakramen ini meneguhkan kesatuan Gereja, Tubuh Mistik Kristus" (KGK 1416 ) 

"Sebagai kurban, Ekaristi itu dipersembahkan juga untuk pengampunan dosa orang-orang hidup dan mati dan untuk memperoleh karunia rohani dan jasmani dari Tuhan" (KGK 1414)

Liturgi Ekaristi secara garis besar dapat dibagi menjadi tiga bagian yaitu 'Persiapan Persembahan ; Doa Syukur Agung dan Komuni.'

Mari kita lihat masing-masing:



1. PERSIAPAN PERSEMBAHAN 
Liturgi Ekaristi dimulai dengan ritus Persiapan Persembahan (offertorium).
inti dari ritus ini adalah meletakkan roti dan anggur di atas altar. 
Oleh karena itu, persembahan yang dimaksud di sini hanya roti dan anggur. Dengan membawa roti dan anggur, umat Kristiani bermaksud memberi makna atas partisipasi mereka dalam buah Ekaristi. Persembahan ini juga mengungkapkan makna mempersembahkan diri kepada Bapa dalam pelayanan umat

Pedoman Umum Missale Romawi (PUMR 73) menyatakan ;
Pada awal Liturgi Ekaristi, bahan persembahan, yang nantinya menjadi Tubuh dan Darah Kristus, dibawa ke altar.

Pertama-tama disiapkan altar atau meja Tuhan, yang merupakan pusat seluruh Liturgi Ekaristi. Pada altar ditata korporale, purifikatorium, Misale, dan piala, kecuali kalau piala disiapkan di meja – samping.

Lalu bahan persembahan dibawa ke altar. Alangkah baiknya kalau umatlah yang membawa roti dan anggur, lalu diterima oleh imam atau diakon dan diletakkan di atas altar. Meskipun sekarang roti dan anggur tidak disediakan sendiri oleh umat seperti pada zaman dulu, namun ritus mengantar persembahan ini tetap mengandung arti dan nilai rohani yang sama.

Pada saat ini diterima juga uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, yang diantar oleh umat beriman atau yang dikumpulkan di dalam gereja. Semua ini tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.

Dari PUMR 73 bisa dilihat beberapa poin: 
1. Ternyata ada urutan persiapan persembahan: PERTAMA disiapkan altar, LALU bahan persembahan dibawa ke altar. Di banyak gereja paroki urutannya terbalik: bahan persembahan dibawa ke altar, baru kemudian altar disiapkan.

2. Yang dibawa dalam perarakan persembahan adalah roti dan anggur, sedangkan piala berikut perlengkapannya sudah disiapkan terlebih dahulu di altar atau meja samping.

3. Roti dan anggur yang diantar ini punya arti rohani sebagai persembahan umat walaupun disiapkan oleh koster. Maka prosesi mengantar bahan persembahan hendaknya dapat menunjukkan arti rohani itu.

4. Selain roti dang anggur juga diterima uang atau bahan persembahan lain untuk orang miskin atau untuk Gereja, namun tidak diletakkan di atas altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas.

“Perarakan mengantar bahan persembahan ke altar sebaiknya diiringi dengan nyanyian persiapan persembahan. Nyanyian itu berlangsung sekurang-kurangnya sampai bahan persembahan tertata di atas altar. Untuk nyanyian persiapan persembahan berlaku petunjuk yang sama seperti nyanyian pembuka, di atas. Kalau tidak ada perarakan persembahan, tidak perlu ada nyanyian.” (PUMR 74)

“Roti dan anggur disiapkan di altar oleh imam sambil mengucapkan rumus-rumus yang telah ditentukan. Imam dapat mendupai bahan persembahan yang telah disiapkan di atas altar; kemudian imam juga mendupai salib dan altar sendiri. Pendupaan itu melambangkan persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadirat Allah seperti kumpulan asap dupa. Sesudah itu, imam dan umat pun dapat didupai oleh diakon atau pelayan lain; imam didupai karena pelayan kudus yang ia sandang, umat didupai karena martabat luhur yang mereka peroleh lewat pembaptisan.” (PUMR 75)

“Setelah itu imam membasuh tangannya di sisi altar. Ritus ini melambangkan bahwa ia menginginkan hati yang bersih.” (PUMR 76)

Selengkapnya PUMR 77: 
“Bila bahan persembahan itu sudah di tata di altar dan semua acara yang mengiringinya sudah dilaksanakan, maka imam mengundang jemaat berdoa. Lalu bagian persiapan diakhiri oleh imam dengan doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada doa persiapan persembahan yang sekaligus mengantar kepada Doa Syukur Agung.

Dalam Misa hanya ada satu doa persiapan persembahan. Doa persiapan persembahan selalu diakhiri dengan penutup singkat, yaitu:

Dengan pengantaraan Kristus, Tuhan kami.

Kalau Putra di sebut pada akhir doa:

Yang hidup dan berkuasa, kini dan sepanjang masa.”

Saudara-saudariku terkasih,
Pada mulanya, bagian awal Liturgi Ekaristi ini hanya merupakan kesempatan mempersiapkan bahan-bahan yang akan dipersembahkan pada Doa Syukur Agung (DSA). 
Konsili Vatikan II menegaskan bahwa bagian ini merupakan “upacara persiapan persembahan…”; persembahan sendiri baru dilaksanakan pada DSA.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam persiapan persembahan:

1. Menyiapkan Meja Perjamuan
Sebelum bahan-bahan persembahan diantar ke depan, meja perjamuan Tuhan harus disiapkan. Para pelayan altar, diakon, menyiapkan altar, bejana-bejana untuk anggur dan roti serta buku. Hendaknya dihindari penempatan barang-barang lain yang dapat menimbulkan gangguan pada meja ekaristi atau menghalangi pandangan umat (misalnya bunga yang berlebihan).

2. Kolekte
Kolekte melambangkan partisipasi umat dalam kurban dan menyatakan tanggung jawabnya terhadap keperluan ibadat, keperluan umat, dan keperluan-keperluan sosial. Jumlah petugas kolekte harus cukup banyak, agar pengumpulan kolekte tidak makan terlalu banyak waktu. Hendaknya diusahakan supaya para petugas dipilih dari kalangan umat yang terhormat, yang selalu siap pada waktunya, berpakaian bersih, cermat dan jujur (Pedoman Pastoral Untuk LiturgiPPUL 35). Sangat dianjurkan supaya jemaat, termasuk juga para pelayan liturgi, turut berpartisipasi dalam memberikan kolekte.

3. Pengantaran Bahan Persembahan
Pengantaran bahan persembahan dilaksanakan secara sederhana, tidak dengan upacara yang semarak, sebab acara ini barulah persiapan perjamuan. Sangat dianjurkan agar beberapa umat turut dilibatkan. Dalam perarakan ini dibawa terutama barang-barang yang akan dipersembahkan dalam Doa Syukur Agung. Kolekte hendaknya tidak diletakkan di atas meja altar, melainkan di suatu tempat lain yang pantas (PUMR 73; PPUL 35).

4. Doa Imam pada Saat Persiapan Persembahan
Doa yang diucapkan imam atas roti dan anggur berbentuk berakha Yahudi, yaitu doa pujian kepada Allah, karena karya-Nya yang agung dan luhur. Doa ini adalah doa pribadi imam dan mengungkapkan sumber, arti, dan tujuan dari bahan persembahan. Allah dipuji karena memberikan kepada umat semua yang mereka perlukan untuk hidup jasmani dan rohani.

5. Mendupai Bahan Persembahan
Pendupaan melambangkan persembahan kurban kepada Allah yang Esa. Pada saat kurban dipersembahkan, juga dipanjatkan doa kepada Allah. Maka pendupaan juga melambangkan doa yang dipanjatkan kepada Allah. “Semoga doaku membubung ke hadapan-Mu bagaikan dupa, semoga tangan yang kutadahkan Kau terima bagaikan kurban petang” (Mazmur 140:2). Di samping itu gumpalan asap dupa yang menyerupai awan menandakan kehadiran Tuhan, seperti dialami bangsa Israel dalam perjalanan melintasi gurun menuju Tanah Terjanji (Keluaran 13:21;33:8-11). Melalui asap dupa yang harum mewangi, manusia dapat mengalami kehadiran Allah, menjumpai-Nya, dan menghormati-Nya. Dalam kaitan ini, Pedoman Umum Misale Romawi mengatakan bahwa pendupaan merupakan lambang persembahan dan doa Gereja yang naik ke hadapan hadirat Allah seperti asap dupa (PUMR 75)

6. Pembasuhan Tangan Imam
Di zaman Gereja Awal, dalam persiapan persembahan ini, di samping roti dan anggur, orang sering membawa juga buah-buah pertama dari kebunnya. Karena itu, tangan imam menjadi kotor, sehingga perlu dibasuh.
Kegiatan membasuh tangan bisa dilakukan, kalau perlu, terutama kalau ada pendupaan. Dapat juga “pembasuhan tangan” ditangguhkan sampai sebelum imam membagikan sakramen Ekaristi.

7. Ajakan Berdoa don Doa Persiapan Persembahan
Sesudah roti dan anggur diletakkan di atas altar, imam mengajak/menyuruh umat berdoa: “Supaya persembahan kita diterima oleh Allah, Bapa yang Mahakuasa.” Sesudah jemaat berdoa bersama, imam mengucap doa presidensial, yakni “Doa Persiapan Persembahan”.
Doa Persiapan Persembahan mengakhiri bagian persiapan persembahan dan menghubungkannya dengan Doa Syukur Agung (DSA).

Bersambung.....

Selasa, Februari 21-2023
Luisfunan ❤️

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI