Transformasi (APP 4)

Bacaan Lukas 5:17-25
Orang lumpuh disembuhkan

5:17 Pada suatu hari ketika Yesus mengajar, ada beberapa orang Farisi dan ahli Taurat duduk mendengarkan-Nya. Mereka datang dari semua desa di Galilea dan Yudea dan dari Yerusalem. Kuasa Tuhan menyertai Dia, sehingga Ia dapat menyembuhkan orang sakit.
5:18 Lalu datanglah beberapa orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur; mereka berusaha membawa dia masuk dan meletakkannya di hadapan Yesus.
5:19 Karena mereka tidak dapat membawanya masuk berhubung dengan banyaknya orang di situ, naiklah mereka ke atap rumah, lalu membongkar atap itu, dan menurunkan orang itu dengan tempat tidurnya ke tengah-tengah orang banyak tepat di depan Yesus.
5:20 Ketika Yesus melihat iman mereka, berkatalah Ia: "Hai saudara, dosamu sudah diampuni."
5:21 Tetapi ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi berpikir dalam hatinya: "Siapakah orang yang menghujat Allah ini? Siapa yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Allah sendiri?"
5:22 Akan tetapi Yesus mengetahui pikiran mereka, lalu berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu pikirkan dalam hatimu?
5:23 Manakah lebih mudah, mengatakan: Dosamu sudah diampuni, atau mengatakan: Bangunlah, dan berjalanlah?
5:24 Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa" --berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu--:"Kepadamu Kukatakan, bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!"
5:25 Dan seketika itu juga bangunlah ia, di depan mereka, lalu mengangkat tempat tidurnya dan pulang ke rumahnya sambil memuliakan Allah.

                 ~~~~~~●●~~~~~~

Pertemuan APP keempat bertema "transformasi" di lingkungan Santa Sisilia, Wilayah Santo Antonius Padua, Paroki Santo Andreas sukaraja menjadi penutup pertemuan APP kita tahun ini. Acara dimulai pukul 19:00 Wib bertempat di rumah keluarga Bapak Elyanto, dipimpin oleh Bapak Mikael kolo, bacaan kisah kehidupan oleh saudari Theresia Sufa, pemandu Luis Funan diikuti umat yang hadir (dewasa, remaja dan anak-anak).

Antusias warga lingkungan Santa Sisilia dalam pertemuan Penutup APP ini patut dibanggakan, kendala hujan tidak menjadi penghalang. Berkumpul, sehati, berdoa bersama, setia dalam pengajaran, dan dalam sukacita. Inilah persekutuan ekaristis, ini yang menjadi dasar tumbuh kembangnya iman kita, inilah cermin gereja perdana (lihat Kis 2:41-47) yang terjadi di lingkungan Santa Sisilia.

Ada dua bidang Transformasi yang perlu dilakukan dalam Paroki, Wilayah dan lingkungan (khususnya Santa Sisilia)
1. Sumber Daya Manusia
2. Manajerial (tatakelola)

Wujud nyata kebijakan ini meliputi 5 aspek:
1. Keluarga
2. Pendidikan
3. Orang Muda Katolik (OMK)
4. Lingkungan
5. Sosial kemasyarakatan

Transformasi dalam pola pikir dan tindakan.

Kita belajar dari kisah orang lumpuh 
(Lukas 5:17-25)
1. Situasi > para pengusung orang lumpuh ingin membawanya kepada Yesus untuk disembuhkan.
2. Kendala > mereka terhalang orang banyak yang menutup pintu.
3. Solusi > mereka naik keatap dan menjebol nya lalu menurunkan orang lumpuh itu beserta tempat tidurnya dihadapan Yesus.
4. Hasil > orang  lumpuh itu disembuhkan oleh Yesus.

Inilah aksi yang diharapkan dapat dilakukan selama masa Prapaskah 2023 ini. Lihat Situasi lingkungan Santa Sisilia!, Apa Kendala yang dihadapi lingkungan Santa Sisilia?, Bagaimana solusi nya untuk Santa Sisilia? Hasil yang diraih umat Santa Sisilia akan nampak, itu pasti ! 

Saudara-saudariku terkasih,
Transformasi adalah salah satu kata yang sering kali didengar atau dipakai dalam percakapan sehari-hari. Meski kerap digunakan atau diucapkan, tetapi sebagian orang rupanya belum mengetahui pengertian transformasi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), arti transformasi adalah perubahan rupa, entah itu bentuk, sifat, fungsi, dan sebagainya.

Transformasi merupakan suatu hal yang sangat diharapkan terjadi. Saat ini, kita mengharapkan suatu perubahan (transformasi) ke arah yang lebih baik terjadi atas keluarga, pendidikan, Orang Muda Katolik, lingkungan dan sosial kemasyarakatan. Gereja sinodal adalah alat transformasinya Allah, dan Allah sendirilah “Sang Transformator” itu. Kita dapat mengharapkan bahwa gereja sinodal akan menjadi suatu eksponen masyarakat yang berpengaruh bagi keluarga, lingkungan, wilayah, Paroki dan seterusnya. Gereja benar-benar akan menjadi garam dunia, terang dunia, dan sebuah kota di atas bukit (Matius 5:13-14).

Orang katolik perlu menyadari bahwa melalui diri mereka, Allah menginginkan terjadi perubahan atau transformasi. "Janganlah kamu menjadi serupa dengan dunia ini, tetapi berubahlah oleh pembaharuan budimu, sehingga kamu dapat membedakan manakah kehendak Allah: apa yang baik, yang berkenan kepada Allah dan yang sempurna“ (Roma 12:2) ini merupakan kunci dari transformasi sejati yang harus dialami oleh orang Kristen untuk dapat menjangkau dan mempengaruhi komunitas lingkungan dimana mereka berada. Rasul Paulus mengatakan agar orang percaya “jangan serupa dengan dunia” (Roma 12:2), tetapi sebaliknya “menjadi serupa dengan Kristus” 
(2 Korintus 3:18) maka kita perlu mengalami transformasi hidup.

TRANSFORMASI HIDUP

Yang dimaksud dengan transformasi hidup adalah perubahan, baik yang bersifat radikal (seketika) maupun progresif (bertahap), yang diperlukan untuk memampukan manusia yang telah jatuh ke dalam dosa untuk dapat kembali melakukan hal yang benar menurut pandangan Tuhan. 

Ada tiga tingkat transformasi yang perlu dialami umat Tuhan, yaitu transformasi posisi, transformasi perilaku, dan transformasi komunitas. Pertama dan kedua bersifat internal yaitu berada dalam setiap orang percaya, sedang yang ketiga bersifat eksternal yaitu sebagai akibat dari transformasi internal. Mari kita simak satu persatu :

1. Transformasi Posisi.
Paulus menyebutnya dengan istilah “ciptaan baru” (2 Korintus 5:17). 
Pada tingkat ini secara judikal seseorang mengalami perubahan status atau posisi dari orang berdosa menjadi orang benar, dari musuh Allah menjadi anak Allah, dari orang yang mengalami kematian kekal menjadi mendapat hidup yang kekal, dari orang yang terkutuk menjadi orang yang diberkati, dari penyembah berhala menjadi penyembah Allah yang hidup dan benar. Sehingga sekalipun “masih berada dalam dunia tetapi bukan berasal dari dunia” karena telah menjadi warga kerajaan Allah.

2. Transformasi Perilaku.
Transformasi perilaku ini diawali oleh transformasi pikiran, yang Paulus sebut sebagai “pembaharuan budi”. Yang dimaksud dengan perilaku ialah karakter, sikap, perbuatan atau tindakan seseorang yang dapat dilihat, diamati, dan dapat diukur. Berbeda dengan transformasi posisi yang terjadi secara seketika, maka transformasi perilaku terjadi secara bertahap sebagai suatu proses. 

Alkitab menyebutnya dengan istilah “pengudusan” yang dinamis. Paulus mengatakan “..karena kamu telah menanggalkan manusia lama serta kelakuannya, dan telah mengenakan manusia baru yang terus-menerus diperbaharui untuk memperoleh pengetahuan yang benar menurut gambar Khaliknya” (Kolose 3:9-10). Ayat ini menjelaskan kepada kita bahwa setelah lahir baru kita harus terus menerus mengalami proses pengudusan mencakup pengudusan pikiran, kehendak, emosi, dan hati nurani; pengudusan sifat-sifat maupun perilaku kita. Selanjutnya, Paulus menasehati “berubahlah oleh pembaharuan budimu’. 

Pembaharuan akal budi atau pikiran adalah syarat untuk bisa mengenal dan melakukan kehendak Allah. Apa yang diyakini oleh akal budi atau pikiran akan mempengaruhi perilaku seseorang (Roma 14:1-8). Pembaharuan akal budi akan menghasilkan hidup kudus. 

Dengan demikian pengalaman transformasi perilaku atau tindakan adalah hasil dari pembaharuan akal budi. Paulus dalam Efesus 4:17-32, berbicara tentang transformasi perilaku setelah sebelumnya mengalami transformasi posisi. Disini terlihat, terjadi perubahan dari yang tidak baik menjadi baik, dari perilaku negatif ke perilaku positif. 

Transformasi pada tingkat ini juga sangat berkaitan dengan pertumbuhan rohani seseorang sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa rohani. Orang percaya perlu bertumbuh secara rohani. Agar kerohanian bertumbuh secara normal seseorang harus melakukan tiga hal yaitu: makan, minum dan latihan. Ketiganya merupakan sesuatu yang harus ada sejak pengalaman regenerasi hingga dewasa. Tuhan tidak ingin anak-anakNya mengalami stagnansi atau berhenti pertumbuhannya. 

Hal-hal yang dapat membantu pertumbuhan rohani kita antara lain : Firman Tuhan, adalah makanan dan minuman rohani bagi orang percaya yang memberi pertumbuhan dan pengertian (Mazmur 119:105,130). Ibadah dan doa kepada Tuhan harus menjadi bagian yang tak terpisahkan dari hidup kita, untuk itu diperlukan latihan dan disiplin diri. Bahkan, masalah-masalah yang kita hadapi sehari-hari dapat dipakai Allah sebagai sarana untuk melatih kita menjadi orang Kristen yang dewasa dan kuat.

Dibutuhkan suatu usaha, tekad dan kemauan yang kuat untuk menunjukkan karakter yang sudah dikuduskan dan buah-buah yang baik dalam hidup kita sehari-hari. Roh Kudus yang membaharui akan memberi kemampuan kepada orang katolik yang bersungguh-sungguh. Karena itu setiap orang katolik dituntut untuk penuh dengan Roh Kudus (Efesus 5:18). 

Kepenuhan Roh Kudus merupakan suatu pengalaman yang harus terus menerus diulang selama hidup orang percaya, dan dipertahankan agar jangan sampai hilang atau padam. Namun jika hilang masih dapat ditemukan kembali, jika padam masih dapat dinyalakan lagi (Efesus 5:18; 1 Tesalonika 5:19). Untuk hidup dalam Roh maka orang percaya harus taat sepenuhnya kepada pimpinan Roh Kudus dalam hidup mereka (Galatia 5:25). Kehidupan dalam Roh adalah bagaimana cara kita mengikuti dan merespon pada pimpinan Roh dan taat kepada apa yang dikehendakiNya. Untuk taat kepada Roh Kudus dibutuhkan iman dan penyerahan diri sepenuhnya.

3. Transformasi komunitas.
Transformasi komunitas ini terjadi karena kehadiran orang percaya. Komunitas ialah lingkungan hidup tempat dimana seseorang berinteraksi dengan orang lain. Dalam berinteraksi akan ada “saling mempengaruhi” yang bersifat negatif ataupun positif.

Kehadiran orang katolik dikomunitasnya seharusnya memberi nilai yang positif dan menjadi berkat, karena untuk itulah kita dipanggil dan dipilih. Orang Katolik dapat menjadi agen perubahan di komunitas mereka. Tuhan menghendaki anak-anakNya menjadi orang yang berpengaruh di komunitas mereka karena “mereka semakin serupa dengan Kristus dan bukannya menjadi serupa dengan dunia” (2 Korintus 3:18; Roma 12:2). 

Urutannya harus benar, bukan lingkungan dulu yang berubah, melainkan diri kita dan perilaku kita, kemudian terjadi perubahan lingkungan kita. Dengan cara demikian kita telah memenuhi fungsi kita sebagai “garam” dan “terang dunia” dan lingkungan akan merasakan pengaruh dari fungsi kedua metofora tersebut (Matius 5:13-14). Pengaruh garam yang mencegah pembusukan pada daging dan memberi rasa pada masakan; serta terang memberi pengaruh terhadap gelap sehingga gelap menjadi sirna karena kehadiran terang, demikianlah kehadiran orang percaya memberi pengaruh yang baik bagi lingkungannya.

Kita perlu menjadi orang Katolik dengan paradigma yang baru, dan meninggalkan paradigma lama. Orang Katolik dengan paradigma lama memisahkan kehidupan gereja dari kehidupan di dunia sekuler. Yang sakral dan yang sekuler dipisahkan. Orang Katolik dengan paradigma baru adalah orang Katolik yang mewarnai bumi dan memberikan pengaruh kuat. Allah memberikan sebuah tujuan kepada gerejaNya yaitu menghadirkan kerajaan Allah dalam setiap aspek kehidupan di dunia. Allah ingin setiap orang percaya bergabung ke dalam misi-Nya untuk memperlebar kuasa kerajaan-Nya di negara atau kota dimana ia berada.

KUNCI KEPADA TRANSFORMASI KOMUNITAS > PERTOBATAN

Satu pertanyaan logis muncul: “Mengapa transformasi belum terjadi, terhambat atau tertunda?” Salah satu kuncinya terletak pada sikap di dalam diri orang-orang Katolik itu sendiri. Orang-orang Katolik yang sudah satu dalam Kristus harus bersekutu (Efesus 4:2). Secara de jure Gereja telah bersatu dalam Roh, tetapi secara de facto gereja harus mengusahakan, memelihara persatuan dengan ikatan damai sejahtera. Persatuan perlu dipelihara melalui persekutuan Ekkaristis. Untuk memelihara persatuan itu maka orang-orang percaya dari aspek positif harus memiliki sikap sabar, ramah, lemah lembut, penuh kasih dan dari aspek negatif harus membuang segala perkataan dusta dan kotor, kepahitan, kegeraman, kemarahan, pertengkaran dan fitnah (termasuk gosip) dari hidup mereka (Efesus 4:17-32). Maka sejak awal sudah ditekankan pada transformasi posisi dan transformasi perilaku untuk mewujudkan transformasi dikomunitas kita. Kini, tiba waktunya bagi kita dengan berjiwa besar untuk mengeluarkan ”balok di mata sendiri” sehingga kemudian dapat menolong mengeluarkan “selumbar dimata orang lain” (Matius 7:1-5).

Dalam Yohanes 17:22-23, Tuhan Yesus telah berkata : “Dan Aku telah memberikan kepada mereka kemuliaan, yang Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu, sama seperti Kita adalah satu : Aku di dalam mereka dan Engkau di dalam Aku supaya mereka sempuna menjadi satu, agar dunia tahu bahwa Engkau yang telah mengutus Aku ...”. Menginterpretasikan ayat tersebut maka jelas bahwa Yesus telah memberikan kemuliaanNya kepada para muridNya dan juga kepada orang-orang percaya, karena sebelumnya Yesus telah berkata : “Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka” (Yohanes 17:20). Akibat dari kemuliaan yang diberikan tersebut orang percaya menjadi satu. Kemuliaan Tuhan Yesus yang diberikan kepada tubuhNya inilah yang dilihat oleh dunia sehingga mereka percaya (Yohanes 17:21,23).

Alasan eklesiologis mengapa dunia belum percaya kepada Yesus adalah karena mereka belum melihat kemuliaan Kristus di dalam orang-orang Katolik. Padahal kemuliaan tersebut sudah diberikan oleh Kristus dan ada pada gereja, tetapi kemuliaan tersebut “terselubung” oleh sikap atau cara hidup yang tidak memuliakan Kristus. Supaya dunia dapat melihat kemuliaan Kristus di dalam atau melalui orang Katolik maka “selubung itu harus diangkat dan dibuang” dengan cara bertobat dari sikap atau cara-cara hidup yang keliru. Paulus dalam 2 Korintus 3:16,18 berkata : “ Tetapi apabila hati seseorang berbalik kepada Tuhan, maka selubung itu diambil dari padanya. … Dan kita semua mencerminkan kemuliaan Tuhan dengan muka yang tidak terselubung ...”.

Bertobat disini berarti berbalik dari cara-cara hidup atau sikap hati dan tindakan yang salah atau keliru bahkan dari pola pikir yang keliru, kepada yang benar seperti yang dikehendaki oleh Tuhan, yaitu yang baik, kudus dan yang berkenan kepadaNya (Roma 12:2). Dengan demikian kemuliaan Tuhan dalam hidup kita dapat dilihat terlihat dan kita benar-benar menjadi “kota di atas bukit” yang tidak mungkin tersembunyi (Matius 5:14b).

Pertobatan adalah langkah awal dari transformasi dalam hidup kita. Masih ada hal-hal selanjutnya yang perlu kita kerjakan, yaitu: mengenal dan melakukan kehendak Tuhan (Roma 12:2); Bertumbuh di dalam pengetahuan dan pengertian firman Tuhan (Mazmur 1:119); Hidup meneladani ajaran dan kehidupan Kristus (Ibrani 12:2; 1 Yohanes 2:6); Memiliki kerendahan hati, pikiran dan keinginan dalam mempelajari apa yang telah diajarkan oleh Roh kepada orang lain di sepanjang sejarah (Ibrani 13:17); Hiduplah penuh Roh Kudus dan dipimpin oleh Roh Kudus. (Yohanes 14:26; Galatia 5:16,25).

TUJUAN TRANSFORMASI HIDUP ADALAH KEMULIAAN TUHAN

Segala sesuatu adalah bagi kemuliaanTuhan (Roma 11:36; Kolose 1:16). Tujuan utama alam semesta adalah menunjukkan kemuliaan Tuhan. Itulah alasan bagi segala sesuatu yang ada termasuk manusia. Tuhan menjadikan segala sesuatu bagi kemuliaanNya. Tanpa kemuliaan Tuhan tidak akan ada apapun. Penciptaan dari dunia ini dirancang untuk menyatakan kemuliaan Tuhan (Mazmur 19:2); Tindakan Tuhan yang berdaulat dimana Ia menetapkan orang percaya untuk diselamatkan adalah untuk memuji kemuliaan anugerahNya (Efesus 1:4-6,11-12). Tuhan dimuliakan dalam pernyataan dari anugerah yang tidak bersyarat seperti yang tertulis dalam Roma 9:23; Wahyu 4:11. Itulah sebabnya tidak keliru untuk beranggapan bahwa kesatuan tema dari Kitab suci adalah kemuliaan Allah. Paulus berkata “Sebab segala sesuatu adalah dari Dia, dan oleh Dia, dan kepada Dia: Bagi Dialah kemuliaan sampai selama-lamanya” (Roma 11:36).

1. Apakah kemuliaan Allah itu?
Kemuliaan Allah adalah keberadaan Allah yaitu hakikat dari sifat, luas pengaruhNya, pancaran kemegahanNya, demonstrasi kuasaNya dan suasana kehadiranNya. Kemuliaan Allah adalah ekspresi dari kebaikanNya dan dari semua sifat kekal hakikiNya yang lain. Kemuliaan yang bersifat melekat pada Allah ialah apa yang Dia miliki karena Dia Allah. Itulah sifatNya. Kita tidak bisa menambah apapun pada kemuliaanNya, sama seperti mustahil bagi kita untuk membuat matahari bersinar lebih terang. Tetapi kita diperintahkan untuk mengenali, menghormati, menyatakan, memuji, mencerminkan kemuliaanNya dan hidup bagi kemuliaanNya (1 Tawarikh 16:24; Mazmur 29:1; 66:2; 96:7; 2 Korintus 3:18; Wahyu 4:11).

2. Bagaimanakah kita memuliakan Allah?
Ada banyak cara untuk mendatangkan kemuliaan bagi Tuhan : 
    Pertama, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi seperti Kristus. Begitu kita dilahirkan dalam keluarga Allah (regenerasi), Dia ingin kita bertumbuh menuju kedewasaan rohani. Kedewasaan rohani adalah menjadi serupa dengan Kristus dalam cara kita berpikir, merasa, dan bertindak (2 Korintus 3:18). 
    Kedua, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi anggota gereja lokal yang aktif. Ketika kita dilahirkan kembali, kita menjadi bagian dari keluaga Allah bukan hanya gereja universal tetapi juga gereja lokal. Mengikut Kristus bukan sekedar masalah percaya, tetapi juga menjadi anggota dan belajar untuk mengasihi anggota keluarga Allah di gereja lokal (Roma 15:7; 
1 Yohanes 3:14). 
    Ketiga, kita memuliakan Tuhan dengan cara melayani orang lain dengan karunia-karunia kita. Setiap kita dirancang secara unik dengan bakat, talenta, karunia, keahlian dan kemampuan. Semuanya itu diberikan Allah. 
    Keempat, kita memuliakan Tuhan dengan memberitakan kepada orang lain tentang Kristus. Merupakan hak istimewa bagi kita untuk membawa orang lain kepada Kristus dan membantu mereka menemukan tujuan mereka, serta mempersiapkan mereka untuk menghadapi kehidupan kekal 
( 2 Korintus 4:19). 
   Kelima, kita memuliakan Tuhan dengan menjadi penyembah Tuhan dan melayani Dia. Menyembah dan melayani Tuhan adalah tanggungjawab pertama dan terutama kita kepada Tuhan. Ia ingin agar penyembahan dan pelayanan kita kepadNya dimotivasi oleh kasih, ucapan syukur dan sukacita bukan sekedar kewajiban atau rutinitas belaka. Menyembah dan melayani Tuhan adalah gaya hidup yang menikmati Tuhan, mengasihiNya, dan memberi diri kita untuk dipakai bagi tujuan-tujuanNya 
(Roma 6:13).

Saat kita membaca Alkitab Kisah bangsa Israel dalam Perjanjian Lama, memberi gambaran menarik tentang hal ini. Saat bangsa Israel baik-baik mendengarkan suara Tuhan Allah dan melakukan dengan setia segala perintahNya, maka mereka akan mengalami hidup yang diberkati sesuai dengan janji Tuhan (Ulangan 28:1-14-16) Tetapi, saat mereka menolak untuk mendengarkan suara Tuhan Allah, tidak melakukan dengan setia segala ketetapan dan perintahNya maka mereka akan mengalami hidup yang terkutuk (Ulangan 28:15-45). Sikap hati dan cara hidup mereka sehari-hari yang sesuai dengan kehendak Tuhan, berpengaruh positif atas kehidupan mereka. Bila hidup mereka berkenan kepada Tuhan, maka tidak hanya diri mereka yang diberkati tetapi keturunan mereka, kota dimana mereka berada, hasil pertanian, perkebunan, ternak, dan sebagainya mengalami berkat juga. Inilah azas dan prinsip transformasi dimana Tuhan menyatakan kemuliaanNya melalui umatNya. Azas dan prinsip tersebut masih berlaku juga bagi kehidupan Kristen dan gereja masa kini yang mengharapkan terjadinya transformasi atas keluarga, lingkungan, kota bahkan negara dan bangsanya. Saat ini, belum terlambat, kita masih dapat mengharapkan hal-hal seperti ini terjadi dalam hidup kita dan lingkungan kita. Gereja perdana telah mencerminkan kemuliaan kristus dalam hidup mereka sehari-hari, dalam hal kasih dan berbagi apa yang dipunyai. Alkitab mengatakan : “Mereka disukai semua orang. Dan tiap-tiap hari Tuhan menambahkan jumlah mereka dengan orang-orang yang diselamatkan” (Kisah 2:47). 

Saudara-saudariku yang diberkati Tuhan.
Kembali ke perikop bacaan injil yang kita baca dalam pertemuan APP keempat ini.
Injil hari ini adalah teks yang sangat kaya, bahkan secara detail; karakternya sekuat situasi membongkar atap, menurunkan tandu, dll. Ada kelompok tertentu untuk hasil yang ajaib--para sahabat dan orang lumpuh, ada kelompok yang ingin menguji Yesus dan dia berada di tengah-tengah keduanya. 

Namun, hari ini kita tidak akan membicarakan keajaiban itu sendiri (walaupun tentunya luar biasa). Kita akan mengarahkan pandangan kita pada teman-teman "pembawa harapan" yang membawa tandu untuk orang lumpuh. 

Betapa baiknya mereka berteman! Mengesampingkan keingintahuan bahwa kehadiran Yesus di desa itu sangatlah berarti, mereka lebih suka membantu teman mereka yang lumpuh. Mereka pasti sudah mengenal Yesus dan kepercayaan serta iman mereka kepadanya sangat besar, sehingga mereka tidak ragu untuk mengatasi rintangan yang ada di depan untuk membawa orang lumpuh itu lebih dekat kepada Yesus. 

Tuhan pasti merasa sangat terkesan dengan keberanian dari teman-teman baik ini yang tidak mundur pada kesulitan pertama, juga tidak meninggalkannya untuk kesempatan lain yang lebih menguntungkan. 

Sungguh pelajaran yang luar biasa bagi kita yang menganggap diri kita orang Katolik! 

Di masa prapaskah ini kita dipanggil untuk pengharapan yang aktif, karena dalam perjalanan kita, seperti teman-teman dalam cerita ini, kita juga akan menghadapi situasi yang rumit, kurang lebih perlawanan yang besar, dan kita dipanggil untuk mengatasinya dengan iman dan kelicikan sehingga semuanya bisa dilakukan. Keajaiban Tuhan.

Dalam minggu keempat prapaskah ini, kita dipanggil untuk menjadi pembawa harapan, kita dapat bertanya pada diri kita sendiri: apakah saya dapat membantu "orang lumpuh" yang membutuhkan persahabatan saya yang berkomitmen dan banyak akal? Apakah saya memiliki iman sebesar itu?

Selamat berawal Pekan,
SemogaTuhan Memberkati.

Minggu, Maret 19-2023
Luisfunan ❤️

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI