Ohola dan Oholiba

Bacaan Yehezkiel 23:1-10
Kakak beradik Ohola dan Oholiba

23:1 Datanglah firman TUHAN kepadaku:
23:2 "Hai anak manusia, ada dua orang perempuan, anak dari satu ibu.
23:3 Mereka bersundal di Mesir, mereka bersundal pada masa mudanya; di sana susunya dijamah-jamah dan dada keperawanannya dipegang-pegang.
23:4 Nama yang tertua ialah Ohola dan nama adiknya ialah Oholiba. Mereka Aku punya dan mereka melahirkan anak-anak lelaki dan perempuan. Mengenai nama-nama mereka, Ohola ialah Samaria dan Oholiba ialah Yerusalem.
23:5 Dan Ohola berzinah, sedang ia Aku punya. Ia sangat berahi kepada kekasih-kekasihnya, kepada orang Asyur, pahlawan-pahlawan perang,
23:6 berpakaian kain ungu tua, bupati-bupati dan penguasa-penguasa, semuanya pemuda yang ganteng, pasukan kuda.
23:7 Ia melakukan persundalannya dengan mereka, semuanya orang Asyur pilihan; ia menajiskan dirinya dengan semua orang, kepada siapa ia berahi dan dengan berhala-berhalanya.
23:8 Ia tidak meninggalkan persundalannya yang dilakukannya sejak dari Mesir, sebab pada masa mudanya orang sudah menidurinya, dan mereka memegang-megang dada keperawanannya dan mencurahkan persundalan mereka kepadanya.
23:9 Oleh sebab itu Aku menyerahkan dia ke dalam tangan kekasih-kekasihnya, dalam tangan orang Asyur, kepada siapa ia berahi.
23:10 Mereka menyingkapkan auratnya, anak-anaknya lelaki dan perempuan ditangkap dan ia sendiri dibunuh dengan pedang. Dengan demikian namanya dipercakapkan di antara kaum perempuan sebab hukuman telah dijatuhkan atasnya.

                      ~~~~~~●●~~~~~~

Ayat Alkitab yang menjadi perhatian kita saat ini memberikan kita pesan yang sangat menarik dan penuh simbolisme. Yehezkiel 23:2 mengatakan, "Anak manusia, ada dua isteri, anak perempuan dari satu ibu." Dalam perikop ini, nabi Yehezkiel merujuk pada dua kota, Yerusalem dan Samaria, yang meskipun mempunyai asal usul yang sama, namun mengambil jalan yang berbeda dalam tindakan dan perilakunya. Penting untuk dicatat bahwa, dalam Alkitab, kota tidak hanya mewakili sejarah dan nasibnya sendiri, namun juga masyarakatnya dan budaya yang telah mereka bangun. Yerusalem, misalnya, merupakan pusat keagamaan dan politik umat Yahudi, sedangkan Samaria adalah ibu kota kerajaan Israel di utara, dan dipandang sebagai kota yang menyimpang dari ajaran Tuhan. 

Gambaran dua saudara perempuan ini dikembangkan dalam ayat-ayat berikut, yang menggambarkan perilaku mereka: salah satu dari mereka, Oholah (Yerusalem), digambarkan sebagai pemberontak dan pezinah, sedangkan saudara perempuannya Oholibah (Samaria) bahkan lebih jahat lagi, pernah melakukan hubungan seksual dengan pria lain dan bahkan menikah dengan orang Asiria. 

Uraian tindakan-tindakan tersebut memang tidak mudah untuk dibaca, namun penting untuk memahami keseriusan situasi yang digambarkan secara kasar agar keseriusan masalahnya dapat diketahui. Sangat menarik untuk dicatat bahwa, meskipun kedua kota telah menyimpang dari jalurnya, kota di selatan tampaknya tidak terlalu sesat, sedangkan kota di utara tampaknya semakin jauh dari ajaran Tuhan. 

Gambaran ini memberi kesan bahwa bahkan mereka yang paling dekat dengan ajaran-Nya pun bisa menyimpang darinya dan menempuh jalan yang salah sehingga membuat mereka lebih rusak dibandingkan mereka yang berada jauh. Pesan ini penting karena menunjukkan kepada kita bahwa mudah untuk menyimpang dari rencana Tuhan, bahkan bagi mereka yang dibesarkan dekat dengan rencana tersebut. 

Alkitab mengatakan bahwa kita semua adalah orang berdosa, dan kita harus berusaha setiap hari untuk mendekatkan diri kepada Tuhan agar dapat menjalani kehidupan yang lebih adil dan seimbang. Bahkan jika mereka yang mempunyai pengetahuan mendalam tentang firman Tuhan pun bisa tersesat, bagaimana kita bisa mendekat padanya dan tidak menjauhkan diri darinya? Mungkin jawabannya terletak pada terus berdoa dan menggali lebih dalam Firman Tuhan dan menjalani kehidupan dalam komunitas yang memperkuat iman kita. 

Ringkasnya, Yehezkiel 23:2 mengajarkan kita bahwa dosa tidak membeda-bedakan, dan kita semua bisa terjerumus ke dalamnya jika kita tidak selalu waspada dan menjaga hubungan kita dengan Tuhan. Saat kita membaca bagian ini, kita harus merenungkan jalan kita sendiri dan mempertimbangkan apakah keputusan kita membawa kita ke jalan Tuhan, atau justru kita menjauh darinya. Jika kita mendapati diri kita terhanyut, tidak semuanya hilang: kita selalu mempunyai kesempatan untuk kembali dan bertobat, memohon pertolongan Tuhan untuk kembali kepada kasih karunia-Nya. 

Selamat berawal pekan,
Semoga Tuhan Memberkati.

Senin, September 25'2023
Luisfunan❤️

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI