Ada Bait suci dalam hati kita

Bacaan 2 Tawarikh 5:2--6:2
Tabut perjanjian dipindahkan dan kemuliaan TUHAN memenuhi Bait Suci

5:2 Pada waktu itu Salomo menyuruh para tua-tua Israel dan semua kepala suku, para pemimpin puak orang Israel, berkumpul di Yerusalem, untuk mengangkut tabut perjanjian TUHAN dari kota Daud, yaitu Sion.
5:3 Maka pada hari raya di bulan ketujuh berkumpullah di hadapan raja semua orang Israel.
5:4 Setelah semua tua-tua orang Israel datang, maka orang-orang Lewi mengangkat tabut itu.
5:5 Mereka mengangkut tabut itu dan Kemah Pertemuan dan segala barang kudus yang ada dalam kemah itu; semuanya itu diangkut oleh imam-imam dan orang-orang Lewi.
5:6 Tetapi raja Salomo dan segenap umat Israel yang sudah berkumpul di hadapannya, berdiri di depan tabut itu, dan mempersembahkan kambing domba dan lembu sapi yang tidak terhitung dan tidak terbilang banyaknya.
5:7 Kemudian imam-imam membawa tabut perjanjian TUHAN itu ke tempatnya, di ruang belakang rumah itu, di tempat maha kudus, tepat di bawah sayap kerub-kerub;
5:8 jadi kerub-kerub itu mengembangkan kedua sayapnya di atas tempat tabut itu, sehingga kerub-kerub itu menudungi tabut serta kayu-kayu pengusungnya dari atas.
5:9 Kayu-kayu pengusung itu demikian panjangnya, sehingga ujungnya kelihatan dari tempat kudus, yang di depan ruang belakang itu, tetapi tidak kelihatan dari luar; dan di situlah tempatnya sampai hari ini.
5:10 Dalam tabut itu tidak ada apa-apa selain dari kedua loh yang ditaruh Musa ke dalamnya di gunung Horeb, ketika TUHAN mengikat perjanjian dengan orang Israel pada waktu perjalanan mereka keluar dari Mesir.
5:11 Lalu para imam keluar dari tempat kudus. Para imam yang ada pada waktu itu semuanya telah menguduskan diri, lepas dari giliran rombongan masing-masing.
5:12 Demikian pula para penyanyi orang Lewi semuanya hadir, yakni Asaf, Heman, Yedutun, beserta anak-anak dan saudara-saudaranya. Mereka berdiri di sebelah timur mezbah, berpakaian lenan halus dan dengan ceracap, gambus dan kecapinya, bersama-sama seratus dua puluh imam peniup nafiri.
5:13 Lalu para peniup nafiri dan para penyanyi itu serentak memperdengarkan paduan suaranya untuk menyanyikan puji-pujian dan syukur kepada TUHAN. Mereka menyaringkan suara dengan nafiri, ceracap dan alat-alat musik sambil memuji TUHAN dengan ucapan: "Sebab Ia baik! Bahwasanya untuk selama-lamanya kasih setia-Nya." Pada ketika itu rumah itu, yakni rumah TUHAN, dipenuhi awan,
5:14 sehingga imam-imam itu tidak tahan berdiri untuk menyelenggarakan kebaktian oleh karena awan itu, sebab kemuliaan TUHAN memenuhi rumah Allah.
6:1 Pada waktu itu berkatalah Salomo: "TUHAN telah memutuskan untuk diam dalam kekelaman.
6:2 Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya."

                     ~~~~~●●~~~~~

Pendahuluan.

Bait suci Yerusalem adalah salah satu bangunan terpenting dalam Perjanjian Lama, tempat suci yang digunakan untuk beribadah dan beribadah. Raja Daud, dalam keinginannya untuk membangun bait suci bagi Tuhan, menerima jawaban bahwa putranya Salomolah yang akan bertanggung jawab melaksanakan pembangunan tersebut. Maka terjadilah, Salomo membangun Kuil Yerusalem, berdasarkan rencana yang telah disiapkan oleh ayahnya, Daud. 

Bait suci adalah tempat suci di mana orang-orang Yahudi berkumpul untuk mempersembahkan korban dan menyembah Tuhan, tetapi juga merupakan tempat penyimpanan harta Israel. Selain itu, Bait suci melambangkan kehadiran Tuhan di Bumi, dan hal ini tercermin dalam arsitektur dan dekorasinya. 

"Sekarang, aku telah mendirikan rumah kediaman bagi-Mu, tempat Engkau menetap selama-lamanya." (2 Tawarikh 6:2)

Kutipan ayat ini menceritakan tentang janji Tuhan kepada Salomo, untuk membangunkan baginya tempat tinggal di mana ia dapat tinggal selama-lamanya. Penting untuk disebutkan bahwa bangunan ini tidak hanya mengacu pada Bait suci Yerusalem, tetapi juga mengacu pada tempat di mana Tuhan memutuskan untuk tinggal. 

Janji Tuhan untuk membangun tempat tinggal dimana Ia bisa berdiam selama-lamanya merupakan tanda kasih Tuhan terhadap umat-Nya, dan keinginan-Nya untuk selalu hadir dalam kehidupan mereka. Ini adalah panggilan untuk beriman, untuk percaya bahwa Tuhan hadir dalam setiap momen kehidupan kita, dan bahwa Dia akan selalu ada untuk membantu kita. 

Renungan ayat 2 Tawarikh 6:2.

Ayat ini mengajak kita untuk merenungkan kehadiran Tuhan dalam hidup kita dan dalam hati kita. Entah itu Bait suci, gereja, atau tempat tempat lainnya, penting untuk diingat bahwa Tuhan memilih untuk tinggal di dalam kita, ciptaan-Nya. Iman kita kepada Tuhan memungkinkan kita untuk melihat kehadiran-Nya setiap saat, bahkan di saat-saat ketika Dia tampaknya tidak ada. Ketika kita membangun rumah, kita melakukannya untuk menjadi tempat yang aman, nyaman dan ramah, dimana kita dapat tinggal dan berbagi hidup dengan orang yang kita cintai. Dengan cara yang sama, Tuhan telah membangun tempat di hati kita untuk mendengarkan kita, melindungi kita dan membimbing kita setiap saat. 

Bagaimana menerapkan ayat 2 Tawarikh 6:2 dalam kehidupan kita ?

Dalam kehidupan kita sehari-hari, penting untuk diingat bahwa Tuhan telah menciptakan tempat di hati kita untuk menghuni kita, dan bahwa kita harus selalu mencari cara untuk mempertahankan kehadiran-Nya dalam hidup kita. hidup. Salah satu cara untuk melakukan hal ini adalah melalui doa dan membaca Alkitab, mempelajari ajaran-ajarannya dan menerapkannya dalam kehidupan kita. 

Kita juga dapat menerapkan ayat ini dalam hubungan kita dengan orang lain, membangun rumah tangga yang ramah dan penuh kasih sayang dalam keluarga kita, dan menawarkan dukungan dan bantuan kita kepada mereka yang membutuhkannya. Dengan selalu berusaha untuk melayani orang lain dan berbuat baik, kita akan membangun bait suci kita sendiri, sebuah tempat di mana Tuhan akan merasa nyaman dan begitu pula kita. 

Penutup.

Ayat ini mengajarkan kita bahwa Tuhan telah memutuskan untuk tinggal di dalam kita, dan kita harus selalu mencari cara untuk mempertahankan kehadiran-Nya di hati kita. Janji dari Tuhan ini adalah contoh kasih dan belas kasihan-Nya, dan mengajak kita untuk membangun rumah tangga yang ramah dan penuh kasih sayang dalam keluarga, komunitas, dan di mana pun kita dapat mengulurkan tangan membantu. 

Kesimpulannya, kita harus selalu ingat bahwa Tuhan telah membangun rumah di hati kita, dan kita harus menjaganya, menjaganya dan membangunnya agar selalu menjadi tempat yang ramah dan penuh cinta. Hal ini membutuhkan pencarian terus-menerus akan kehadiran Tuhan dalam hidup kita, dan iman yang besar akan kasih dan belas kasihan-Nya. 

Selamat beraktifitas
Semoga Tuhan Memberkati.

Kamis, November 29'2023
Luisfunan❤️

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI