Berdamai dengan Tuhan
Bacaan Matius 6:16-18
Hal berpuasa
6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya mereka sudah mendapat upahnya.
6:17 Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu,
6:18 supaya jangan dilihat oleh orang bahwa engkau sedang berpuasa, melainkan hanya oleh Bapamu yang ada di tempat tersembunyi. Maka Bapamu yang melihat yang tersembunyi akan membalasnya kepadamu."
~~~~~□~~~~~
Pendahuluan.
"Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu" (Matius 6:17). Ayat ini adalah salah satu ayat yang sering luput dari perhatian dalam Khotbah di Bukit yang luar biasa yang Yesus sampaikan lebih dari 2.000 tahun yang lalu. Ayat ini berbicara tentang amalan puasa dalam kehidupan orang beriman, namun apa sebenarnya yang ingin disampaikan kepada kita?
Pertama-tama, penting untuk memahami apa itu puasa. Puasa adalah suatu amalan keagamaan yang terdiri dari berpantang makanan seluruhnya atau sebagian selama jangka waktu tertentu. Di dalam Alkitab kita menemukan bahwa Perjanjian Lama dan Perjanjian Baru menyebutkan puasa dan pentingnya puasa. Dalam Perjanjian Baru, Yesus sendiri melakukan puasa sebelum menghadapi godaan iblis di padang gurun. Lalu mengapa penting mengurapi kepala dan mencuci muka saat berpuasa? Jawabannya sederhana: "Hindari menarik perhatian".
Amalan Pribadi.
Pada zaman Yesus, orang-orang Farisi biasa berpuasa secara terang-terangan agar semua orang tahu bahwa mereka sedang berpuasa. Yesus mengkritik praktik ini, dengan mengatakan dalam Matius 6:16 "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa". Oleh karena itu, mengurapi kepala dan membasuh muka merupakan salah satu cara untuk menunjukkan bahwa kita sedang melakukan amalan pribadi, yang hanya menyangkut diri kita pribadi dengan Tuhan.
Puasa adalah cara untuk mendekatkan diri kepada Tuhan dan kembali fokus pada hal yang benar-benar penting. Dengan tidak makan, kita menunjukkan bahwa kita bukan budak nafsu atau selera kita, tapi kita mengutamakan Tuhan. Selain itu, puasa membantu kita menjadi lebih selaras dengan tujuan Tuhan dan mendengar suara-Nya dengan lebih jelas. Di sisi lain, nasihat Yesus untuk mencuci muka dan mengurapi kepala juga mengingatkan kita akan pentingnya menjaga penampilan dan tidak berusaha menarik perhatian. Di dunia yang penuh kesombongan dan materialisme, penting untuk diingat bahwa yang terpenting adalah hubungan kita dengan Tuhan dan bukan pujian dari orang lain.
Mengapa penting berpuasa secara diam-diam?
Puasa adalah praktik penting dalam agama Kristen, digunakan untuk menunjukkan pengabdian, pertobatan, dan kerendahan hati di hadapan Tuhan. Namun, Yesus memperingatkan para pengikutnya dalam Matius 6:18 bahwa mereka tidak boleh memperlihatkan puasa mereka di depan umum atau mencari kekaguman orang lain. Sebaliknya, puasa adalah kesempatan untuk berhubungan dengan Tuhan secara rahasia.
Berpuasa secara diam-diam memungkinkan praktik tersebut menjadi pengalaman pribadi antara individu dan Tuhan. Selain itu, puasa diam-diam juga dapat melindungi individu dari godaan kesombongan. Ketika orang mencari pengakuan atas pengorbanan mereka, mereka berisiko jatuh ke dalam perangkap ego dan pada akhirnya mengalihkan perhatian mereka dari tujuan puasa yang sebenarnya.
Bagaimana ayat-ayat dalam perikop ini dapat membantu kita?
Saat kita merenungkan ayat-ayat dalam perikop ini, penting untuk diingat bahwa Tuhan menghargai ketulusan dan kerendahan hati dalam praktik iman kita. Ketika kita mencari perhatian dan tepuk tangan dari orang lain, kita kehilangan hubungan dengan Tuhan, yang merupakan alasan sebenarnya di balik puasa kita. Puasa adalah kesempatan untuk fokus pada Tuhan dan firman-Nya, menyucikan jiwa kita dan merefleksikan hubungan kita dengan-Nya. Dengan melakukannya secara sembunyi-sembunyi, kita bisa semakin ikhlas dan memperdalam cinta serta komitmen kita kepada Tuhan.
Penerapan Praktis.
Dalam kehidupan kita sehari-hari, kita dapat menerapkan ayat Alkitab ini pada praktik iman apa pun, tidak hanya puasa. Kita harus menyadari niat di balik tindakan kita dan tidak mencari pujian atau kekaguman orang lain. Sebaliknya, marilah kita mencari perhatian dan hubungan dengan-Nya. Jika niat kita murni dan tulus, maka kita dapat berbagi pengalaman kita dengan orang lain sebagai cara untuk memotivasi dan menyemangati orang lain dalam pengamalan iman mereka.
Jika tidak, yang terbaik adalah merahasiakan tindakan kita, untuk memastikan bahwa komitmen dan kasih kita kepada Tuhanlah yang mendorong tindakan kita.
Penutup.
Masa Prapaskah adalah waktu khusus, waktu untuk mensyukuri kasih Allah yang begitu besar kepada kita; waktu untuk menyadari diri kita di hadapan Tuhan dan kembali ke jati diri kita sebagai murid-murid Yesus.
“Rabu Abu bukan hanya tentang membubuhkan abu di dahi kita, tetapi hari yang mengingatkan kita semua bahwa kita harus bertobat atas dosa-dosa kita dan tidak melakukannya lagi.”
Kita diajak untuk memperbarui hidup kita, mengoyakkan hati, bukan pakaian kita (Yoel 2:13) dan berdamai dengan Allah (1Korintus 5:20) melalui amal, doa, dan puasa.
Matius 6:16-18 mengingatkan kita akan pentingnya kerendahan hati dan ketulusan dalam praktik iman kita, terutama dalam hal berpuasa dan bagaimana mencari perhatian Tuhan atas kekaguman orang lain dapat memperkaya hubungan kita dengan-Nya secara lebih dalam dan bermakna.
Selamat Memasuki Masa Prapaskah 2024.
Semoga Tuhan Memberkati.
Rabu, Februari 14'2024
Luisfunan❤️
Komentar
Posting Komentar