Kebenaran Terungkap
Bacaan Markus 14:1-2
Rencana untuk membunuh Yesus
14:1 Hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi akan mulai dua hari lagi. Imam-imam kepala dan ahli-ahli Taurat mencari jalan untuk menangkap dan membunuh Yesus dengan tipu muslihat,
14:2 sebab mereka berkata: "Jangan pada waktu perayaan, supaya jangan timbul keributan di antara rakyat."
~~~~~□~~~~~
Pembukaan.
Injil Markus memulai pasal 14 dengan memperjelas bahwa hari raya Paskah dan hari raya Roti Tidak Beragi sudah dekat. Kedua hari raya ini secara tradisional dirayakan bersama pada minggu Paskah, dan merupakan bagian penting dari sejarah Alkitab dan Yahudi.
Paskah adalah hari raya Yahudi yang menandai pembebasan bangsa Israel dari perbudakan di Mesir. Pada malam itu, menurut catatan Alkitab, Tuhan mengirimkan tulah kesepuluh, kematian anak sulung di Mesir. Bangsa Israel diperintahkan untuk membuat perjamuan Paskah khusus, dengan mengorbankan seekor domba yang tidak bercacat dan membubuhkan darahnya pada tiang pintu agar malaikat maut dapat melewati rumah-rumah orang Yahudi.
Roti Tidak Beragi merupakan pengingat akan tergesa-gesanya bangsa Israel harus meninggalkan Mesir dan tidak punya waktu untuk memfermentasi roti. Selama minggu ini, orang Yahudi hanya makan roti tidak beragi, matzah.
Dalam perenungan kita hari ini, kita akan mencoba menganalisis konteks sejarah dan implikasi ayat ini, serta merefleksikan relevansinya dengan zaman kita.
Konteks sejarah.
Untuk memahami ayat yang dimaksud, perlu diketahui sedikit konteks sejarah di mana ayat tersebut berkembang. Saat itu, wilayah Israel berada di bawah kekuasaan Kekaisaran Romawi. Para pemimpin agama Yahudi memiliki otonomi dalam menjalankan hukum dan praktik mereka sendiri, namun mereka tetap bertanggung jawab kepada otoritas Romawi dalam hal keamanan dan stabilitas politik. Yesus, seorang pengkhotbah keliling yang mengaku sebagai Mesias Yahudi, telah mempunyai banyak pengikut di kalangan masyarakat. Ajaran Nya dianggap revolusioner dan pesan Nya tentang cinta dan kasih sayang universal membuat mereka takut. Mereka melihat popularitas Yesus yang semakin meningkat ini sebagai ancaman terhadap kekuatan mereka.
Penjelasan Ayat.
Para pemimpin agama merencanakan bagaimana cara menangkap Yesus dan membawanya ke hadapan Sanhedrin, pengadilan tertinggi Yahudi, untuk mengadilinya atas tuduhan penodaan agama (ayat 1). Namun, menjelang Paskah, salah satu waktu tersibuk di Yerusalem, mereka khawatir penangkapannya akan menimbulkan reaksi kekerasan dari masyarakat, sehingga mereka memutuskan untuk menunda penangkapannya (ayat 2). Dengan kata lain, mereka rela menunggu hingga setelah Paskah untuk melaksanakan rencana mereka, namun bukan karena tidak ingin menangkap Yesus, melainkan untuk menghindari keributan yang akan membahayakan stabilitas politik wilayah yang dikuasai Romawi.
Bagian ini menunjukkan kepada kita bagaimana ketakutan dan kekhawatiran dalam mempertahankan status quo dapat digunakan untuk membenarkan penindasan terhadap perbedaan pendapat. Para pemimpin agama rela menunggu untuk menangkap Yesus bukan karena mereka percaya bahwa mereka bertindak demi kebaikan orang banyak, namun karena mereka takut kehilangan kekuasaan mereka sendiri.
Di masa kini, kita juga dapat melihat argumen serupa digunakan untuk membatasi kebebasan berekspresi dan menekan perbedaan pendapat. Kita sering kali diberitahu untuk menyimpan pendapat kita sendiri untuk menghindari ketidaknyamanan atau kebencian terhadap orang lain, atau bahwa topik tertentu "terlalu berbahaya" untuk didiskusikan secara terbuka. Sebagai orang beriman, kita harus ingat bahwa panggilan kita selalu adalah kasih dan kebenaran. Kita tidak boleh takut akan konsekuensi dari mengungkapkan apa yang kita yakini secara adil dan benar, meskipun hal ini berarti penolakan dari mereka yang mempunyai kekuasaan besar dalam masyarakat kita.
Penerapannya dalam Kehidupan Kita.
Kisah dalam perikop ini merupakan kisah yang menyedihkan, namun juga meninggalkan pesan pengharapan dan pelajaran berharga bagi kita. Kita harus berhati-hati agar tidak terjerumus ke dalam perangkap kekuasaan dan keegoisan, melainkan mengingat nilai-nilai seperti kerendahan hati, cinta, dan keadilan. Kita harus memastikan bahwa kita tidak berpaling dari kebenaran dan hal-hal penting, meskipun tampaknya sulit dan berisiko untuk mengikuti jalan yang benar. Namun seperti yang ditunjukkan dalam kehidupan Yesus, kebenaran akan selalu menang, dan kita harus memiliki keberanian untuk menjunjungnya bahkan dalam keadaan sulit.
Kita dapat menerapkan nilai-nilai tersebut saat ini dalam hubungan kita sehari-hari, dalam kehidupan keluarga, dengan teman-teman dan di tempat kerja, kita dapat mempraktikkan kerendahan hati dan kasih sayang, memperhatikan orang lain dan selalu mengupayakan kesejahteraan sesama manusia. Kita juga harus mempertimbangkan prinsip dan nilai-nilai kita dalam pekerjaan dan aktivitas lainnya, menjaga integritas dan setia pada keyakinan kita.
Penutup.
Injil Markus 14:1-2 menunjukkan kepada kita bagaimana rasa takut akan protes dapat digunakan sebagai instrumen penindasan terhadap suara-suara yang berbeda pendapat. Di luar konteks historis di mana pesan ini dikembangkan, pesan ini relevan bahkan di zaman kita sekarang. Ayat-ayat ini, juga mengingatkan kita bahwa kebenaran akan selalu terungkap, meski terkadang pihak yang membelanya tampak dipinggirkan atau ditindas. Sebagai pengikut Yesus, kita harus tetap setia pada prinsip kita dan percaya bahwa Tuhan akan menopang kita bahkan di tengah kesulitan.
Selamat berakhir pekan,
Semoga Tuhan Memberkati
Sabtu, Maret 16'2024
Luisfunan❤️
Komentar
Posting Komentar