Harga dari kesombongan
Bacaan Keluaran 10:21-29
Tulah kesembilan: gelap gulita
10:21 Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: "Ulurkanlah tanganmu ke langit, supaya datang gelap meliputi tanah Mesir, sehingga orang dapat meraba gelap itu."
10:22 Lalu Musa mengulurkan tangannya ke langit dan datanglah gelap gulita di seluruh tanah Mesir selama tiga hari.
10:23 Tidak ada orang yang dapat melihat temannya, juga tidak ada orang yang dapat bangun dari tempatnya selama tiga hari; tetapi pada semua orang Israel ada terang di tempat kediamannya.
10:24 Lalu Firaun memanggil Musa serta berkata: "Pergilah, beribadahlah kepada TUHAN, hanya kambing dombamu dan lembu sapimu harus ditinggalkan, juga anak-anakmu boleh turut beserta kamu."
10:25 Tetapi Musa berkata: "Bahkan korban sembelihan dan korban bakaran harus engkau berikan kepada kami, supaya kami menyediakannya untuk TUHAN, Allah kami.
10:26 Dan juga ternak kami harus turut beserta kami dan satu kakipun tidak akan tinggal, sebab dari ternak itulah kami harus ambil untuk beribadah kepada TUHAN, Allah kami; dan kami tidak tahu, dengan apa kami harus beribadah kepada TUHAN, sebelum kami sampai di sana."
10:27 Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga dia tidak mau membiarkan mereka pergi.
10:28 Lalu Firaun berkata kepadanya: "Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati."
10:29 Kemudian Musa berkata: "Tepat seperti ucapanmu itu! Aku takkan melihat mukamu lagi!"
~~~~~■~~~~~
"Lalu Firaun berkata kepadanya: "Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati"
( Keluaran 10:28).
Pembukaan.
Dalam kehidupan manusia, kesombongan telah lama dianggap sebagai penyakit jiwa yang merusak, menghancurkan, dan akhirnya menghempaskan segala yang dibangun dengan susah payah. Kita sering melihat bagaimana kesombongan bisa membutakan seseorang dari kebenaran dan kenyataan. Ketika seseorang terlalu yakin dengan kemampuannya, ia cenderung menutup diri dari saran dan kritik yang sebenarnya membangun. Hal ini membawa dampak yang merugikan, baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan sekitarnya. Dan yang paling ironis, kesombongan akan selalu memandang remeh atas siapa saja di depan mereka (di luar diri mereka).
Yang tanpa disadari, bersama itu pula ia telah memulai proses kehancuran terhadap diri mereka sendiri.
Kesombongan dan kekerasan hati Firaun membuat dia tidak peka terhadap teguran TUHAN yang terungkap dalam tanda-tanda mujizat yang dilakukan oleh Musa. Firaun tidak mau tunduk dan nampak terus bersikap menantang sehingga selanjutnya Allah menjatuhkan sepuluh tulah (hukuman) yang semakin lama semakin dahsyat. "Lalu Firaun berkata kepadanya: "Pergilah dari padaku; awaslah engkau, jangan lihat mukaku lagi, sebab pada waktu engkau melihat mukaku, engkau akan mati" (Keluaran 10:28).
Konteks Ayat Keluaran 10:28.
Untuk memahami dengan benar ayat ini, penting untuk mengetahui konteks sejarah di mana ayat ini ditemukan. Bangsa Israel telah diperbudak oleh bangsa Mesir selama berabad-abad, dan Musa diutus oleh Tuhan untuk membimbing mereka menuju kebebasan. Namun, Firaun bertekad untuk tetap menjadikan bangsa Israel sebagai budak dan menolak membebaskan mereka. Dalam pasal-pasal menjelang Keluaran 10:28, kita melihat bagaimana Tuhan mengirimkan beberapa tulah ke Mesir untuk membujuk Firaun agar melepaskan bangsa Israel. Namun Firaun menentang mereka semua dan menolak melepaskan mereka.
Makna Ayat Keluaran 10:28.
Dalam ayat ini, kita melihat Firaun mengusir Musa dari hadapannya dan menyuruhnya untuk berhati-hati agar tidak melihat wajahnya lagi, karena jika dia melakukannya, dia akan mati. Hal ini menunjukkan betapa keras kepala dan gigihnya Firaun dalam menolak membebaskan bangsa Israel. Namun kita juga dapat melihat dalam ayat ini sebuah contoh bagaimana kemarahan dan kesombongan dapat membutakan kita dan menuntun kita melakukan hal-hal buruk. Firaun begitu fokus untuk menjadikan bangsa Israel sebagai budak sehingga ia bahkan rela menghadapi Tuhan sendiri. Pada akhirnya, kesombongannya menyebabkan aib dan kematiannya.
Penerapan dalam hidup kita.
Ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya merendahkan diri di hadapan Tuhan dan tidak membiarkan kesombongan membutakan kita. Kita bisa terjebak dalam mendahulukan kepentingan kita di atas kepentingan orang lain, seperti yang dilakukan Firaun, dan hal ini bisa membuat kita melakukan hal-hal buruk atau mengatakan hal-hal yang menyakitkan. Kita juga dapat melihat dalam ayat ini sebuah contoh bagaimana penolakan untuk mengampuni atau melepaskan suatu situasi dapat menyebabkan kematian rohani. Penolakan Firaun untuk membebaskan bangsa Israel pada akhirnya mengakibatkan kematiannya sendiri dan banyak rakyatnya. Kita harus belajar memaafkan dan melepaskan hal-hal yang menyakiti kita, agar tidak terjerumus ke dalam perangkap yang sama. Terakhir, ayat ini mengingatkan kita akan pentingnya menaati Tuhan dibandingkan menuruti keinginan egois kita sendiri. Seperti Firaun, kita mungkin menolak bimbingan Tuhan dalam hidup kita, sehingga berujung pada kemalangan. Kita harus belajar mendengarkan dan mengikuti suara Tuhan, meskipun tampaknya apa yang Dia ingin kita lakukan bertentangan dengan kepentingan kita sendiri.
Penyelesaian keraguan.
Beberapa orang bertanya-tanya mengapa Firaun begitu bertekad untuk menjadikan bangsa Israel sebagai budak. Jawabannya mungkin karena bangsa Israel merupakan sumber tenaga kerja murah yang penting bagi perekonomian Mesir. Mungkin juga Firaun takut kehilangan kekuasaannya jika ia membebaskan sekelompok besar budak yang telah lama ditaklukkan. Pertanyaan umum lainnya adalah mengapa Firaun mengancam akan membunuh Musa jika dia bertemu dengannya lagi. Beberapa pakar percaya bahwa ini hanyalah ancaman kosong, yang dirancang untuk mengintimidasi Musa. Yang lain percaya bahwa firaun bersedia membunuh siapa pun yang menantangnya, bahkan jika hal ini menyebabkan kematiannya sendiri.
Penutup.
Dalam banyaknya keputusan yang kita ambil setiap hari, kesombongan dapat menjadi tabir yang mengaburkan pandangan kita dan menjauhkan kita dari hal-hal yang sebenarnya penting. Firaun, dengan mengabaikan peluang untuk perubahan dan pembebasan, mengingatkan kita akan bahayanya jika kita bergantung pada belenggu keinginan kita sendiri. Sama seperti Dia menolak untuk mendengarkan dan bertindak dengan rendah hati, kita juga bisa kehilangan momen berharga dalam hidup kita. Semoga kisah ini mengilhami kita untuk melepaskan apa yang menyakiti kita dan membuka hati kita terhadap pengampunan dan ketaatan ilahi, sebelum sifat keras kepala merugikan kita lebih dari yang bersedia kita bayar.
Selamat beraktifitas
Semoga Tuhan Memberkati
Jumat, Oktober 18'2024
Luisfunan❤️
Komentar
Posting Komentar