Evaluasi Giat BKSN 2025 Wilayah Santo Antonius Padua
Pendahuluan
Minggu 28 September 2025 bertempat dirumah kediaman Bp Emanuel Bana, umat Wilayah Santo Antonius padua Paroki Santo Andreas Sukaraja Bogor mengadakan pertemuan gabungan (lingkungan Santo Paulus dan lingkungan Santa Sisialia) dalam rangka Bulan Kitab Suci Nasional (pertemuan keempat) dan juga sebagai penutup rangkaian BKSN tahun ini. Pertemuan ini mengajak umat untuk kembali melihat relasi pribadi dengan Allah: apakah selama ini kita sungguh setia, atau justru membiarkan iman menjadi hambar dan jauh dari-Nya.
Suasana pertemuan keempat BKSN kali ini dipenuhi semangat doa dan permenungan. Oleh fasilisator Bp Silvester Emanuel Dura dan Bp Paulus Paty, umat diajak untuk mengevaluasi relasi pribadinya dengan Tuhan: Apakah kita masih sering meragukan kasih-Nya, ataukah kita tetap percaya dan setia walau menghadapi tantangan hidup? Dalam diskusi dan sharing iman, banyak umat menyadari bahwa menjaga relasi dengan Allah berarti menjaga kesetiaan dalam hal-hal kecil - setia berdoa, setia menghadiri Ekaristi, setia dalam pelayanan, serta setia dalam menghidupi kasih di tengah keluarga dan masyarakat, serta lingkungan hidup.
Pertemuan ini menjadi undangan bagi setiap umat (khusus nya diwilayah Santo Antonius Padua) untuk memperbarui komitmen imannya. Allah tidak pernah meninggalkan umat-Nya; Ia selalu mencatat dan mengenal mereka yang setia kepada-Nya. Relasi yang erat dengan Allah akan memberi kekuatan baru untuk menghadapi pergumulan hidup, sekaligus menjadi sumber berkat bagi sesama.
Evaluasi BKSN Wilayah Santo Antonius Padua.
Bulan Kitab Suci Nasional (BKSN) 2025 dilaksanakan dalam konteks Tahun Yubileum 2025, yang berfokus pada "Peziarah Pengharapan". Adapun tema yang diusung BKSN tahun ini adalah “Allah Sumber Pembaruan Relasi dalam Hidup”.
Melalui kegiatan ini, umat wilayah Santo Antonius Padua Paroki Santo Andreas Sukaraja, diajak untuk mendalami Kitab Suci dengan penekanan dan berinspirasi pada Kitab Zakharia dan Kitab Maleakhi, serta tokoh-tokoh Alkitab dan juga tema-tema yang berkaitan dengan pembaruan relasi dalam kehidupan sehari-hari yang meliputi empat aspek penting: "Diri sendiri, Sesama, Keluarga, dan Allah", termasuk
dengan lingkungan hidup. Tema-tema ini mengingatkan umat bahwa Allah hadir bukan hanya untuk mendampingi umat-Nya, tetapi juga untuk membaharui, merajut kembali, dan menyembuhkan relasi-relasi yang rusak. Mengapa pembaruan relasi ini menjadi penting? Karena hidup kita tidak pernah berlangsung sendirian. Manusia selalu berada dalam jalinan relasi: dengan Tuhan yang menciptakan kita, dengan sesama yang menjadi rekan seperjalanan kita, serta dengan alam semesta yang menopang keberlangsungan hidup kita. Ketika relasi-relasi ini harmonis, hidup akan terasa damai. Namun, ketika relasi-relasi ini rusak, kehidupan menjadi sarat dengan kekecewaan, pertentangan, bahkan penderitaan.
Suara para Nabi.
Kitab Zakharia dan Maleakhi lahir dari situasi bangsa Israel pasca-pembuangan, saat umat masih mencari arah hidup baru. Mereka telah kembali ke tanah airnya, tetapi situasi belum membaik. Kekecewaan, ketidakadilan, dan keletihan rohani begitu terasa. Dalam situasi itu, para nabi berbicara lantang bahwa Allah tidak meninggalkan mereka. Sebaliknya, Allah menghendaki agar umat memperbarui hidup, membangun keadilan, serta memulihkan persekutuan.
Nabi Zakharia menegaskan: “Beginilah firman Tuhan semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing! Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing” (Zakharia 7:9-10). Pesan ini jelas: relasi dengan Allah tidak bisa dipisahkan dari keadilan sosial.
Demikian pula Nabi Maleakhi mengingatkan tentang kesetiaan dan keadilan dalam relasi manusia: “Bukankah kita sekalian mempunyai satu Bapa? Bukankah satu Allah yang menciptakan kita? Lalu mengapakah kita berkhianat seorang terhadap yang lain dan menajiskan perjanjian nenek moyang kita?” (Mal. 2:10). Maleakhi menekankan bahwa rusaknya relasi dengan sesama sama artinya dengan mengkhianati Allah sendiri.
Kitab Maleakhi menegaskan bahwa ada perbedaan nyata antara orang yang setia kepada Allah dan yang tidak. Relasi yang benar dengan Allah bukanlah sekadar kewajiban, melainkan sikap hati yang penuh kasih dan kepercayaan. Allah merindukan umat-Nya kembali dengan tulus, bukan hanya dalam doa atau ibadat lahiriah, tetapi juga dalam seluruh sikap hidup sehari-hari.
Refleksi.
Pembaca terkasih, dalam pernyataan tobat sebelum memasuki Misa Kudus mengatakan: "saya telah berdosa dengan pikiran dan perkataan, dengan perbuatan dan kelalaian". Mari kita memaknai setiap penyebab dosa. Pikiran saja dapat menuntun kita dalam dosa, demikian pula perkataan, bayangkan padahal dalam hidup sehari-hari, kita selalu berhubungan dengan manusia, dan hanya perkataan yang jadi medianya. Perbuatan, jelas dapat menyebabkan dosa. Kelalaian, yang kebanyakan tanpa sengaja juga kita akui sebagai perbuatan dosa. Nah, betapa rentan manusia jatuh kedalam dosa.
Lalu apa usaha manusia agar dijauhkan dari godaan dosa? Selalu dekat dengan Allah, mengasihi Allah, menyerahkan diri sepenuhnya kepada kerahiman Allah, rajin berdoa, dengan pikiran dan perkataan,
dengan perbuatan dan tanpa kelalaian.
Selaraskan pikiran, perkataan, perbuatan dan rendah hati dalam berprilaku serta tidak mementingkan diri sendiri. Bagaimanapun orang yang menyadari kesalahannya dan mau bertobat lebih dibenarkan Tuhan.
Penutup.
Relasi yang menyembuhkan hanya mungkin lahir jika semua berani kembali kepada Allah, Sang Sumber Relasi dan Cinta Kasih. Relasi itu ditandai dengan keadilan, kejujuran, dan kasih yang nyata.
Bulan Kitab Suci Nasional tahun ini menjadi kesempatan emas bagi umat Katolik untuk merenungkan hal tersebut. Semoga Sabda Allah dalam Kitab Suci menyapa hati, bukan hanya untuk menenangkan batin, tetapi juga untuk menggerakkan tindakan kasih yang nyata. Relasi dengan Allah tidak boleh berhenti di ruang doa; ia harus menjelma menjadi keadilan sosial, kepedulian lingkungan, dan solidaritas dengan sesama. Dengan demikian, kita akan sungguh merasakan bahwa Allah adalah sumber pembaruan relasi dalam hidup kita. Dan dari relasi yang diperbarui itu, lahirlah kehidupan yang lebih adil, lebih manusiawi, dan lebih selaras dengan ciptaan.
Semoga pertemuan BKSN Tahun ini meneguhkan iman umat, agar semakin setia dan tekun menjaga relasi dengan Allah yang penuh kasih dan setia. Selamat beraktifitas, sampai jumpa pada BKSN tahun 2026.
Tuhan memberkati.
September 29'2025
Luisfunan💕
Komentar
Posting Komentar