Pembaruan Relasi dengan Sesama

Pertemuan Kedua BKSN 2025 
Pembaruan Relasi dengan Sesama 

Pertemuan kedua BKSN minggu ini di Wilayah Santo Antonius padua paroki Santo Andreas bogor dibagi di dua tempat berbeda, lingkungan Santo Paulus dan lingkungan Santa Sisilia. Untuk lingkungan Santa Sisilia, pertemuan kedua BKSN diadakan di rumah kediaman keluarga Bapak Laurensius Jhon, minggu 14 september 2025 pukul 17:00 Wib. Sebagai Fasilisator Bapak Thomas Jeferson dan Bapak Luisfunan. Acara doa pertemuan kedua dipimpin Bp Mikael kolo dan di hadiri sejumlah umat lingkungan Santa Sisilia ditengah derasnya hujan.


Pembukaan.

Paus Fransiskus menyampaikan permohonannya kepada kita dan seluruh umat bahwa perhatian khusus harus diberikan kepada semua orang yang berada dalam situasi sulit, yang mengalami kelemahan, terutama mereka yang terkena penyakit atau cacat yang sangat membatasi kemandirian dan kebebasan pribadi mereka (Spes Non Confundit 11). 

Isi Bulla Spes Non Confudit nomor 11.

"Tanda-tanda harapan juga hendaknya ditunjukkan kepada mereka yang sakit, di rumah maupun di rumah sakit. Penderitaan mereka dapat diringankan oleh kedekatan dan kasih sayang orang-orang yang menjenguk mereka. Karya belas kasih juga merupakan karya harapan yang membangkitkan rasa syukur yang tak terhingga. Rasa syukur juga hendaknya ditunjukkan kepada semua tenaga kesehatan yang, seringkali dalam kondisi genting, menjalankan misi mereka dengan perawatan dan kepedulian yang terus-menerus bagi mereka yang sakit dan bagi mereka yang paling rentan. Perhatian yang inklusif juga hendaknya diberikan kepada semua orang yang berada dalam situasi yang sangat sulit, yang mengalami kelemahan dan keterbatasan mereka sendiri, terutama mereka yang terdampak penyakit atau disabilitas yang sangat membatasi kemandirian dan kebebasan pribadi mereka. Perawatan yang diberikan kepada mereka merupakan himne bagi martabat manusia, sebuah nyanyian harapan yang menyerukan partisipasi paduan suara masyarakat secara keseluruhan."

Saudari-saudara terkasih, setelah Bait Allah diruntuhkan oleh pasukan Babel pada tahun 587 SM, orang Yahudi berpuasa untuk mengungkapkan kesedihan mereka. Pada zaman nabi Zakharia mereka sedang membangun kembali bangunan suci itu dan pembangunan ini tidak lama lagi akan selesai. Mereka bertanya, “Apakah kami masih perlu berpuasa untuk meratapi keruntuhan Bait Allah?” Nabi Zakharia menjawab pertanyaan itu dengan menunjukkan bagaimana mereka harus menjalankan ibadah yang sejati. Ibadah yang sejati dilakukan sebagai bakti kepada Allah, dan disertai dengan perlakuan penuh kasih kepada sesama. 
Dalam pertemuan kedua ini kita akan merenungkan seruan Nabi Zakharia mengenai pentingnya ibadah yang sejati, yang disertai dengan pembaruan relasi dengan sesama.

Doa Pembuka.
P : Marilah kita berdoa.
Allah Bapa yang Maha Kuasa dan Kekal, Engkau senantiasa hadir manakala kami hidup dalam kasih. Karena itu Engkau senantiasa mengingatkan kami akan pentingnya ibadah yang sejati, yang disertai pembaruan relasi dengan sesama. Kami mohon, bantulah kami untuk memahami sabda-Mu yang disampaikan oleh Nabi Zakharia dalam pertemuan kedua ini. Demi Kristus, Tuhan dan Pengantara kami.
U : Amin.

Pendalaman Kitab Suci.

Pembacaan Kitab Suci (Zakharia 7: 1-14).
P : Marilah kita mendengarkan sabda Tuhan

7:1 Pada tahun yang keempat zaman raja Darius datanglah firman TUHAN kepada Zakharia, pada tanggal empat bulan kesembilan, yakni bulan Kislew.
7:2 Adapun penduduk Betel telah mengutus Sarezer dan Regem-Melekh serta orang-orangnya untuk melunakkan hati TUHAN,
7:3 untuk menanyakan kepada para imam dari rumah TUHAN semesta alam dan kepada nabi, demikian: "Haruskah kami sekalian menangis dan berpantang dalam bulan yang kelima seperti yang telah kami lakukan bertahun-tahun lamanya?"
7:4 Maka datanglah firman TUHAN semesta alam kepadaku, bunyinya:
7:5 "Katakanlah kepada seluruh rakyat negeri dan kepada para imam, demikian: Ketika kamu berpuasa dan meratap dalam bulan yang kelima dan yang ketujuh selama tujuh puluh tahun ini, adakah kamu sungguh-sungguh berpuasa untuk Aku?
7:6 Dan ketika kamu makan dan ketika kamu minum, bukankah kamu makan dan minum untuk dirimu sendiri?
7:7 Bukankah ini firman yang telah disampaikan TUHAN dengan perantaraan para nabi yang dahulu, ketika Yerusalem dengan kota-kota yang di sekelilingnya masih didiami orang dan masih sentosa dan Tanah Negeb dan Daerah Bukit masih didiami?"
7:8 Firman TUHAN datang kepada Zakharia, bunyinya:
7:9 "Beginilah firman TUHAN semesta alam: Laksanakanlah hukum yang benar dan tunjukkanlah kesetiaan dan kasih sayang kepada masing-masing!
7:10 Janganlah menindas janda dan anak yatim, orang asing dan orang miskin, dan janganlah merancang kejahatan dalam hatimu terhadap masing-masing."
7:11 Tetapi mereka tidak mau menghiraukan, dilintangkannya bahunya untuk melawan dan ditulikannya telinganya supaya jangan mendengar.
7:12 Mereka membuat hati mereka keras seperti batu amril, supaya jangan mendengar pengajaran dan firman yang disampaikan TUHAN semesta alam melalui roh-Nya dengan perantaraan para nabi yang dahulu. Oleh sebab itu datang murka yang hebat dari pada TUHAN.
7:13 "Seperti mereka tidak mendengarkan pada waktu dipanggil, demikianlah Aku tidak mendengarkan pada waktu mereka memanggil, firman TUHAN semesta alam.
7:14 Oleh sebab itu Aku meniupkan mereka seperti angin badai ke antara segala bangsa yang tidak dikenal mereka, dan sesudahnya tanah itu menjadi sunyi sepi, sehingga tidak ada yang lalu lalang di sana; demikianlah mereka membuat negeri yang indah itu menjadi tempat yang sunyi sepi."
P : Demikianlah sabda Tuhan
U : Syukur kepada Allah

Pendalaman Teks.

1. Peristiwa apa yang melatarbelakangi datangnya firman TUHAN kepada Nabi Zakaria? (Lihat ayat 2-3).
2. Mengapa puasa yang diadakan oleh orang Yahudi tidak disukai TUHAN? (Lihat ayat 5-6).
3. Puasa seperti apakah yang dikehendaki oleh TUHAN ? (Lihat ayat 9-10).
4. Apa akibat yang harus ditanggung oleh nenek moyang orang Yahudi karena mengabaikan puasa yang benar? (Lihat ayat 12-14).

Penjelasan Teks.

Saudari-saudara yang terkasih, setelah kita mendalami teks, serta membagikan pengertian kita masing-masing, marilah kita lihat beberapa poin berikut:

1. Hukum Taurat mewajibkan puasa sehari setiap tahun, pada Hari Raya Pendamaian (Yom Kippur) yang jatuh pada bulan ke-7. Namun, pada zaman pembuangan, orang Yahudi menambahkan puasa pada bulan ke-5 dan bulan ke-7. Puasa pada bulan ke-5 (Tisha B'Av) diadakan sebagai tanda perkabungan atas hancurnya Bait Allah (587 SM), sedangkan puasa pada bulan ke-7 diadakan sebagai tanda perkabungan atas kematian Gedalya, gubernur Yudea setelah negeri itu jatuh ke tangan Babel 
(2 Raja-raja  25:25; Yeremia 41:1-3). Setelah kembali dari pembuangan, mereka masih melaksanakan kedua puasa perkabungan itu. Bait Allah akan segera selesai dibangun. Apakah mereka perlu terus melaksanakan puasa perkabungan atas runtuhnya Bait Allah? (ay. 2-3).

2. Orang Yahudi di Betel mengutus Sarezer dan Regem-Melekh untuk menyampaikan persoalan ini kepada para imam Bait Allah dan para nabi. Sebagai tanggapan, Allah kembali berfirman kepada Zakharia (ay. 1). Ada dua hal yang disampaikan. Pertama, Allah menyampaikan kekeliruan orang Israel ketika berpuasa (ay. 5). Puasa yang dimaksudkan adalah puasa perkabungan atas hancurnya Bait Allah dan wafatnya Gedalya. Ketika berpuasa, orang seharusnya mengarahkan hati kepada Allah, bukan pada yang lain. Puasa itu mereka lakukan demi kepentingan diri sendiri, sama dengan makan dan minum (ay. 6). Para nabi yang berkarya sebelum pembuangan sudah menyampaikan peringatan mengenai puasa seperti itu (ay. 7).

3. Allah menyampaikan puasa yang dikehendaki-Nya (ay. 8). Puasa itu dilaksanakan dengan menegakkan hukum yang adil, menunjukkan kasih sayang kepada sesama (ay. 9), mengasihi para janda, anak yatim, pendatang dan orang miskin, serta tidak merancang kejahatan (ay. 10). Namun, kehendak Allah ini tidak diindahkan oleh leluhur mereka dahulu (ay. 11-12). Pada hari puasa mereka masih berlaku zalim kepada sesama. Akibatnya, sama seperti mereka tidak menghiraukan Allah, begitu pun Allah tidak menghiraukan mereka. Ia menyerahkan mereka ke tangan musuh yang menghancurkan negeri mereka dan membuang mereka 
(ay. 13-14).

4. Allah mengasihi semua manusia, namun memberi perhatian istimewa kepada orang-orang miskin dan menderita. Sepantasnya kita menjadikan kasih Allah sebagai pedoman hidup. Kita merasa gembira ketika melakukan sesuatu yang juga dilakukan oleh Allah, dan memperhatikan orang-orang yang juga diperhatikan oleh Allah. Dalam sabda-Nya mengenai pengadilan terakhir, Yesus mengingatkan para murid untuk memberi makan orang lapar, memberi minum orang haus, memberi pakaian kepada orang telanjang, serta mengunjungi orang yang sakit dan yang dipenjara (Mat. 25:31-46). Semua orang yang menderita itu adalah saudara-saudara Kristus sendiri. Mengasihi Kristus berarti juga mengasihi saudara-saudara-Nya.

Sharing dan Aksi Nyata.

Dalam bagian Sharing dan Aksi Nyata kita mendengarkan dua kesaksian iman oleh Bapak Agustinus Eko dan Bapak Y. Sumarjo selaku PLB (Petugas Luar Biasa) atau Prodiakon. Bapak Agustinus Eko menceritakan pengalaman melayani orang-orang yang tidak dikenal, yang sakit, yang jompo, yang membutuhkan pelayanan Tubuh dan darah Kristus. Dilanjut dengan kesaksian iman Bapak Y. Sumarjo yang menggaris bawahi ibadah sejati lahir dari rasa hormat kita kepada Tubuh dan darah Kristus. 

Refleksi: Relevansi untuk Kita Hari Ini.

Pesan Zakharia mengena dalam konteks kehidupan kita sehari-hari. Kesibukan sering membuat kita rajin menjalankan ritual, tetapi lupa pada orang di sekitar kita. Padahal, Paus Fransiskus dalam Evangelii Gaudium mengingatkan:"Ibadah sejati tidak dapat dilepaskan dari keadilan dan kasih terhadap sesama. Jika doa tidak berbuah dalam tindakan nyata, maka doa itu kehilangan makna. Pertemuan ini menjadi cermin bagi kita: apakah Ekaristi yang kita hadiri mengubah kita menjadi lebih peduli? Apakah doa Rosario yang kita daraskan mendorong kita untuk mengulurkan tangan kepada yang menderita? Bagaimana dengan pendalaman kitab suci dan doa-doa lainnya? Jika tidak, maka ibadah kita masih butuh diperbaharui.

Penutup.

Kitab Suci bukan sekadar bacaan, tetapi Sabda yang terus berbicara. ibadah sejati adalah ibadah yang memanusiakan, yang membuat kita lebih peka, lebih peduli, dan lebih siap untuk menjadi wajah kasih Allah di tengah masyarakat. Semoga semangat ini terus menyalakan api iman di hati setiap umat, sehingga ibadah kita tidak pernah berhenti di altar, melainkan mengalir dalam kehidupan sehari-hari. Melalui bacaan dari Zakharia 7:1-14, kita diingatkan bahwa Ibadah yang sejati kepada Allah harus menumbuhkan belas kasih, menggerakkan hati, dan mewujud dalam tindakan nyata, antara lain dengan memberikan bantuan kepada mereka yang miskin dan mengalami sakit serta cacat. Iman sejati yang kita hidupi harus mendorong kita keluar dari zona nyaman, untuk menjadi pembawa harapan dan kasih bagi mereka yang paling rentan di tengah masyarakat. 
Selamat beraktifitas, sampai jumpa dipertemuan ketiga. Salve!

September 14'2025
Luisfunan💕


Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI