Penyerahan Diri Sepenuhnya

Bacaan Lukas 21:1-4
Persembahan seorang janda miskin

21:1 Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2 Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3 Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4 Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."

                       ~~~~~●~~~~~

Pembukaan.

Lukas pasal 21 menyajikan ajaran eskatologis Yesus. Apa yang akan terjadi di masa depan bagi para pengikut Kristus? Teks nubuat ini mencakup pujian atas persembahan janda miskin dan prediksi tentang kehancuran Bait Suci, peperangan, dan penganiayaan. Yesus berbicara tentang kedatangan-Nya yang kedua dan perlunya kewaspadaan. Pasal ini menekankan kedaulatan Allah atas sejarah dan panggilan untuk setia di masa-masa sulit. Lukas 21 menawarkan harapan dan bimbingan untuk akhir zaman. 

Pendalaman Lukas 21:1-4.

Pembaca terkasih, Yesus berada di Yerusalem dan kembali ke Bait Suci, setelah menyucikannya dari segala sesuatu yang telah mengubahnya menjadi "sarang penyamun" (lihat Lukas 19:46). "Tiap-tiap hari Ia mengajar di dalam Bait Allah (lihat Lukas 19:47a). "Pada suatu kali Yesus duduk menghadapi peti persembahan dan memperhatikan bagaimana orang banyak memasukkan uang ke dalam peti itu. Banyak orang kaya memberi jumlah yang besar." (Lihat Markus 12:41, bandingkan Lukas 21:1). Orang-orang kaya memberikan "dari kelebihan mereka." Persembahan mereka bukanlah persembahan sejati, karena berasal dari pendapatan yang tidak mereka hargai. Selanjutnya di antara orang banyak itu, Yesus melihat juga seorang 
"janda miskin" muncul, bukan untuk mengemis, melainkan untuk menyumbangkan dua keping uang logam, yang merupakan satu-satunya harta miliknya. Tentu saja, perbendaharaan Bait Allah akan semakin diperkaya oleh kekayaan orang kaya itu, sehingga dua keping uang janda itu tampak tidak berarti dan tidak perlu. Namun, sedekah dari janda miskin itu memenuhi tujuannya, "Sebab jika kamu rela untuk memberi, maka pemberianmu akan diterima, kalau pemberianmu itu berdasarkan apa yang ada padamu, bukan berdasarkan apa yang tidak ada padamu (2 Kor 8:12). Pembaca terkasih, "Tidakkah anda melihat terang di mata Yesus ketika janda miskin itu meninggalkan sedekahnya di Bait Allah? 
Dari kemiskinannya, ia memberikan seluruh hidupnya. Dengan tindakan ini, janda itu menjadi kaya di hadapan Allah (Lihat Lukas 12:21). Di mata Tuhan, perempuan ini "memberi lebih dari pada semua orang." Dalam hal ini, ia bertindak seperti Yesus, yang “meskipun Ia kaya, namun karena kamu Ia menjadi miskin, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinan-Nya” (2 Korintus 8:9).

Refleksi.

Kisah janda miskin mengajak kita untuk merenungkan hidup kita sendiri dan sikap kita terhadap memberi. Dalam masyarakat yang sering mengukur kesuksesan dan kemurahan hati berdasarkan kuantitas dan kekayaan, pesan dari perikop ini bersifat radikal dan transformatif. Perikop ini menantang kita untuk melihat melampaui penampilan dan mengevaluasi motivasi kita. Bagaimana kita dapat menerapkan ajaran ini dalam kehidupan sehari-hari? Pertama, kita harus mengevaluasi kemurahan hati kita sendiri. Marilah kita bertanya pada diri sendiri: Apakah kita memberi dari kelimpahan kita tanpa menganggapnya sebagai pengorbanan, atau apakah kita bersedia memberi dari apa yang benar-benar kita butuhkan? Janda itu mengingatkan kita bahwa nilai sejati dari persembahan kita ditemukan dalam watak hati kita. Meskipun tindakan memberi tidak terbatas pada uang, kontribusi keuangan kita adalah cara yang berarti untuk berbagi sumber daya kita dengan mereka yang paling membutuhkan. Paulus dalam 2 Korintus 9:7 mengajak kita untuk merenungkan motivasi kita ketika kita memberi, mengingatkan kita bahwa dengan memberi dengan sukacita, kita tidak hanya menyentuh kehidupan orang lain tetapi juga menyelaraskan diri kita dengan kemurahan hati Allah. Dalam setiap tindakan kasih, baik berupa uang, waktu, maupun perhatian, kita menemukan sukacita yang hanya dapat diberikan oleh pemberian sejati. Ketika kita memberi dengan hati yang murah hati dan penuh sukacita, kita mengakui bahwa semua yang kita miliki berasal dari Tuhan dan bahwa kita adalah penatalayan dari sumber daya tersebut. Tetapi kita juga dapat menerapkan perikop lnjil ini pada aspek lain dari kehidupan kita. Memberikan waktu dan perhatian kepada orang lain, mendukung mereka yang membutuhkan bantuan emosional kita, dan meminjamkan telinga yang simpatik kepada mereka yang membutuhkan semuanya dapat menjadi cara untuk menjadi pemberi yang ceria. Lebih lanjut, perikop ini mengajak kita untuk lebih menyadari kebutuhan orang lain, terutama mereka yang rentan dan terpinggirkan. Seperti janda itu, kita masing-masing memiliki sesuatu untuk ditawarkan, terlepas dari keadaan kita. Setiap tindakan kemurahan hati, sekecil apa pun, dapat berdampak signifikan pada kehidupan orang lain. 

Penutup.

Melalui janda miskin, Yesus mengajarkan kita bahwa yang terpenting bukanlah seberapa banyak kita memberi, melainkan bagaimana kita memberi. Saat kita merenungkan hidup kita sendiri, kita didorong untuk memupuk hati yang murah hati, rela berkorban demi kebaikan sesama dan memuliakan Allah. Perikop ini mengajak kita untuk merenungkan motivasi kita sendiri dan menyadari bahwa, bahkan dalam kemiskinan kita, kita dapat menawarkan sesuatu yang berharga. Pada akhirnya, kita diingatkan bahwa setiap tindakan kasih dan kemurahan hati itu berharga dan dapat menjadi cerminan kasih Allah di dunia. Selamat berakhir pekan, semoga Tuhan memberkati.

Sabtu pekan biasa ke 26
Oktober 04'2025
Luisfunanđź’•

Komentar

Benih Kehidupan

Tumbuhkan Cinta kasih (Michael Kolo)

DARI KEMATIAN KE KEHIDUPAN KEKAL

KETIKA IBLIS MENGUASAI