Martabat Yang Setara
Bacaan Ulangan 21:10-17
Tawanan perempuan yang diambil menjadi isteri
21:10 "Apabila engkau keluar berperang melawan musuhmu, dan TUHAN, Allahmu, menyerahkan mereka ke dalam tanganmu dan engkau menjadikan mereka tawanan,
21:11 dan engkau melihat di antara tawanan itu seorang perempuan yang elok, sehingga hatimu mengingini dia dan engkau mau mengambil dia menjadi isterimu,
21:12 maka haruslah engkau membawa dia ke dalam rumahmu. Perempuan itu harus mencukur rambutnya, memotong kukunya,
21:13 menanggalkan pakaian yang dipakainya pada waktu ditawan, dan tinggal di rumahmu untuk menangisi ibu bapanya sebulan lamanya. Sesudah demikian, bolehlah engkau menghampiri dia dan menjadi suaminya, sehingga ia menjadi isterimu.
21:14 Apabila engkau tidak suka lagi kepadanya, maka haruslah engkau membiarkan dia pergi sesuka hatinya; tidak boleh sekali-kali engkau menjual dia dengan bayaran uang; tidak boleh engkau memperlakukan dia sebagai budak, sebab engkau telah memaksa dia."
Hak kesulungan
21:15 "Apabila seorang mempunyai dua orang isteri, yang seorang dicintai dan yang lain tidak dicintainya, dan mereka melahirkan anak-anak lelaki baginya, baik isteri yang dicintai maupun isteri yang tidak dicintai, dan anak sulung adalah dari isteri yang tidak dicintai,
21:16 maka pada waktu ia membagi warisan harta kepunyaannya kepada anak-anaknya itu, tidaklah boleh ia memberikan bagian anak sulung kepada anak dari isteri yang dicintai merugikan anak dari isteri yang tidak dicintai, yang adalah anak sulung.
21:17 Tetapi ia harus mengakui anak yang sulung, anak dari isteri yang tidak dicintai itu, dengan memberikan kepadanya dua bagian dari segala kepunyaannya, sebab dialah kegagahannya yang pertama-tama: dialah yang empunya hak kesulungan."
~~~~~□~~~~~
Pembukaan.
Ulangan pasal 21 membahas situasi hukum yang kompleks. Bagaimana Allah menangani masalah moral yang pelik? Teks komprehensif ini mencakup topik-topik seperti pembunuhan yang tak terpecahkan, pernikahan dengan tawanan perang, hak kelahiran, dan anak-anak yang memberontak. Pasal ini mengungkapkan kepedulian Allah terhadap keadilan, kemurnian, dan ketertiban sosial, bahkan dalam situasi yang sulit. Ulangan 21 menunjukkan penerapan praktis hukum ilahi dalam situasi kehidupan nyata. Mari kita lanjutkan perjalanan kita di pasal ini yang sudah kita mulai kemarin.
Pendalaman Ulangan 21:10-17.
Pembaca terkasih, sebelum kita masuk pada perikop hari ini, mari kita mengingat kembali apa yang sudah kita pelajari bersama bagian pertama dari pasal ini. Ulangan 21:1-9 menyajikan kasus yang kompleks: pembunuhan tanpa pelaku yang teridentifikasi. Bagian ini mengungkapkan kepedulian Allah yang mendalam terhadap keadilan, kehidupan manusia, dan tanggung jawab kolektif. Meskipun kita tidak hidup di bawah Hukum Musa saat ini, prinsip-prinsip yang diajarkan di sini tetap sangat relevan. Allah tidak membiarkan darah orang yang tidak bersalah dibiarkan tanpa pertanggung-jawaban, dan Dia mengajarkan kita bahwa komunitas harus berperan aktif dalam memperbaiki kerusakan.
Dalam bacaan Ulangan 21:10-17 hari ini menyajikan serangkaian situasi sosial dan keluarga yang muncul di masa perang dan kehidupan komunal: perempuan tawanan dan warisan di antara saudara kandung. Meskipun konteks budaya ini sangat berbeda dari konteks kita saat ini, isi hati Allah yang diungkapkan dalam perintah-perintah ini tetap relevan. Disini, kita menemukan prinsip-prinsip keadilan, martabat, belas kasihan, dan tanggung jawab yang, jika dipahami dengan benar, dapat membimbing kita dalam kehidupan sehari-hari kita saat ini.
Peraturan mengenai perempuan yang diperbudak mencerminkan kebutuhan akan martabat dan rasa hormat, bahkan dalam situasi perang (Ulangan 21:10-14). Proses perkawinan bertujuan untuk menjamin perlindungan dan komitmen.
Ini menunjukkan bahwa Allah menghargai martabat manusia dalam segala keadaan (lihat juga 1 Petrus 3:7 dan Galatia 3:28).
Peraturan mengenai warisan anak menunjukkan pentingnya keadilan keluarga (Ulangan 21:15-17). Instruksi tersebut memastikan bahwa semua anak diperlakukan secara adil.
Ini mencerminkan karakter Allah yang adil dalam keputusan-Nya (lihat juga Yakobus 2:1-4 dan Efesus 6:4).
Di bagian terakhir dari pasal ini yang akan kita baca esok hari, mengungkapkan hakikat sejati dari pengorbanan Kristus, Putra Bapa yang taat. Ketika kita membaca bahwa "setiap orang yang digantung di kayu salib dikutuk oleh Allah" (ayat 23), kita lebih memahami apa yang Yesus derita untuk saya dan untuk Anda. Dia menjadi terkutuk agar kita dapat diberkati. Sebuah kebenaran yang menembus tabir waktu dan mengungkapkan kepada kita bahwa orang yang tidak bersalah mati untuk pengampunan orang yang bersalah.
Refleksi.
Dalam budaya yang sangat patriarkis, di mana laki-laki perlu mempelajari tugas-tugas sejati seorang suami, Tuhan menyediakan cara untuk melindungi perempuan yang ditolak, termasuk perempuan asing. Apa pun alasan dari penyebab penolakan pria itu, Tuhan tidak mengizinkan penolakan ini diikuti oleh perbudakan dan perlakuan buruk.
Israel mengizinkan poligami, sesuatu yang diciptakan oleh manusia, dan yang telah menyebabkan begitu banyak kerusakan sejak saat itu. Ini bukan ideal pernikahan menurut Tuhan, Dia tidak mengizinkan ketidakadilan mengenai hak-hak seorang wanita yang ditolak atau tidak dicintai, terutama jika dia melahirkan anak sulung keluarga. Tuhan akan memberinya penghiburan dan kedamaian, seperti yang Dia lakukan kepada Lea, yang merindukan kasih sayang Yakub.
1 Petrus 3:7: "Demikian juga kamu, hai suami-suami, hiduplah bijaksana dengan isterimu, sebagai kaum yang lebih lemah! Hormatilah mereka sebagai teman pewaris dari kasih karunia, yaitu kehidupan, supaya doamu jangan terhalang". Ayat ini mencerminkan prinsip memperlakukan perempuan dengan hormat dan bermartabat, yang dibahas dalam Ulangan 21:10-14 dalam konteks perempuan yang ditawan dalam perang.
Galatia 3:28 "Dalam hal ini tidak ada orang Yahudi atau orang Yunani, tidak ada hamba atau orang merdeka, tidak ada laki-laki atau perempuan, karena kamu semua adalah satu di dalam Kristus Yesus." Paulus menyoroti bahwa dalam konteks spiritual Kristus, batas-batas etnis (Yahudi-Yunani), status sosial (hamba - merdeka), dan gender (laki-laki - perempuan) tidak lagi menjadi pembeda utama. Semua orang percaya disatukan "di dalam Kristus Yesus," menjadikannya ahli waris kasih karunia dan janji ilahi yang sama. Ayat ini mendukung gagasan kesetaraan dan martabat yang sama di hadapan Tuhan bagi semua orang tanpa memandang latar belakang mereka. Implikasinya dalam Kehidupan Kristen kita:
1. Mendorong penerimaan dan keterbukaan terhadap orang lain tanpa membeda-bedakan.
2. Memberi landasan bagi perempuan untuk memiliki peran yang lebih setara dalam pelayanan dan kehidupan gereja, meskipun peran kodrati tetap diakui.
3. Menegaskan bahwa nilai seseorang ditentukan oleh imannya kepada Kristus, bukan identitas atau posisi sosialnya di dunia.
Penutup.
Semua kehidupan manusia berharga di mata Tuhan! Dalam konteks Kekristenan, "Martabat yang Setara" mengacu pada keyakinan mendasar bahwa semua manusia memiliki nilai intrinsik yang sama dan berhak mendapatkan rasa hormat dan pertimbangan yang sama, terlepas dari asal, ras, jenis kelamin, status sosial, atau kepercayaan mereka. Kesetaraan ini dipandang sebagai cerminan citra dan rupa Allah dalam diri setiap orang (Kejadian 1:26-27). Di masa Adven ini, masa penuh kasih karunia, semoga kita memilih untuk pertobatan, menerima Yesus yang membawa kita kedamaian dan hidup bermartabat sesuai dengan rencana asli Sang Pencipta.
Selamat beraktifitas, Tuhan Yesus memberkati.
Jumat pekan Adven kedua
Desember 12'2025
Luisfunanđź’•
Komentar
Posting Komentar